المتعمق فى العلم كالسابح فى البحر ليس يرى أرضا ولا يعرف طولا ولا عرضا
“SESEORANG yang mendalami ilmu itu seperti perenang di lautan yang tidak melihat daratan dan tidak mengetahui panjang serta lebarnya.”
Seseorang yang sudah mencintai ilmu, maka ia seperti meminum air di laut. Semakin ia meminumya, maka ia akan semakin haus, dan haus terhadap ilmu adalah sikap yang terpuji dalam Islam.
Islam adalah agama yang sangat mencintai ilmu ,karenanya ayat yang pertama kali turun adalah “Iqro”. Karenanya jangan berharap akan bertambah ilmu, jika tiada semangat membaca, dan ketahuilah sebaik-baik teman duduk adalah buku.
BACA JUGA: Kalah Bukan Musibah, Menang Jangan Arogan
Al-Quran memerintahkan membaca kepada umat yang ketika itu kebanyakan dari mereka tidak bisa membaca, karena bagi masyarakat Arab, bisa membaca adalah aib, sebabnya mereka yang bisa membaca itu tidak kuat hafalannya .
Bagi masyarakat Arab dan Nabi saw tidak bisa membaca ketika itu adalah kelebihan karena itu akan memompa semangat menghafal mereka. Dan salah satu kekurangan dari masyarakat yang bisa membaca adalah malas menghafal, padahal menghafal adalah juga jembatan menyelami luasnya samudra ilmu.
Karena ada ilmu yang memang tidak ada jalan untuk menguasainya kecuali dengan menghafalnya, seperti ilmu bahasa, AlQuran, rumus dalam ilmu pasti, sejarah dan lain sebagainya. Dalam mendalami ilmu yang harus dihafal, janganlah seseorang takut akan hilang hafalannya, karena itu adalah tanda bahwa ia memilki hafalan, karena mereka yang tidak memilki hafalan maka tidak akan pernah lupa.
Pepatah Arab berkata “ افة العلم النسيان ” bencana ilmu adalah lupa.
Belajar itu tidak pernah mengenal henti selamat hayat dikandung badan, dan seseorang itu disebut bodoh ketika ia berhenti belajar. Karenanya tuntutlah ia dari buaian sampai liang lahat.
Sungguh kebutuhan kita terhadap ilmu melebihi kebutuhan kita terhadap makanan, karena makan hanya kita butuhkan sewaktu–waktu, sedangkan ilmu kita butuhkan setiap saat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ahmad: “Manusia lebih membutuhkan ilmu agama daripada roti dan air minum. Karena manusia butuh kepada ilmu agama setiap waktu, sedangkan mereka membutuhkan roti dan air hanya sekali atau dua kali dalam sehari.”
BACA JUGA: Jika Ingin Berbicara pada Allah, Bacalah Al-Quran
Usahakanlah untuk memilki perpustakaan sekecil apapun karena itu tanda engkau mencinta ilmu. Untuk pelajaran fiqh, engkau bisa membaca Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, atau Minhajul Muslim karya Jabir al Jazairi. Untuk tafsir silahkan membeli Tafsir Ibnu Katsir, bisa dimulai dengan membaca tafsir juzamma agar tidak berat membacanya. Untuk pelajaran sejarah engkau bisa membaca Sirah Nabawiyah karya Ramadhan al Buthi, buku ini singkat dan padat, sehingga sangat pas untuk pemula.
Semangat menuntut ilmu harus dibarengi dengan semangat meningkatkan meningkatkan keimanan, karena dengannya Allah mengangkat derajat.
Ilmu dan agama harus berjalan secara beriringan, karena ilmu tanpa agama akan melahirkan kesewenangan sedangkan agama tanpa ilmu akan menyebabkan fanatisme buta.
Einsten berkata, “Ilmu tanpa agama adalah kepincangan, agama tanpa pengetahuan adalah kebutaan.”
Buya Hamka menasihati, “Iman tanpa iman bagaikan lentera di tangan bayi, namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri.” []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari