BUNTUT dari hilangnya wartawan Amerika Serikat (AS) Jamal Khashoggi di konsulat Arab Saudi di Turki, 2 Oktober 2018 lalu, melibatkan banyak pihak. Dugaan adanya pembunuhan di konsulat Arab Saudi menyeret kasus ini ke ranah pemerintahan, baik Arab Saudi, Amerika Serikat, maupun Turki.
Turki yang melakukan penyelidikan terkait kasus hilangnya Khashoggi melihat adanya keterlibatan Saudi. Namun, pihak Saudi membantah isu tersebut.
Sedangkan AS, mengancam akan memberlakukan “hukuman berat” bagi Arab Saudi jika terbukti membunuh kolumnis Washington Post tersebut. Menanggapi ancaman itu, Saudi menegaskan jika negara-negara Barat menerapkan sanksi, pihaknya akan membalas “dengan skala yang lebih berat.”
BACA JUGA: Arab Saudi Gunakan Spyware Buatan Israel, Untuk Apa?
Mengapa sejauh ini AS yang dikenal sebagai negara berpengaruh di dunia, seolah punya ketakutan tersendiri terhadap Arab Saudi? Mari kita kupas. Inilah beberapa ‘kekuatan’ Arab Saudi yang membuat As dan negara barat gentar.
1. Minyak
Menurut data organisasi negara-negara produsen minyak OPEC, Saudi memiliki sekitar 18% cadangan minyak dunia dan merupakan eksportir minyak terbesar.
Jika AS dan negara-negara lain menerapkan sanksi, pemerintah Saudi akan dengan mudah memangkas produksi minyak. Otomatis, harga minyak dunia akan melonjak.
Dalam tajuk rencana yang diterbitkan pada Ahad (14/10/2018), Turki Aldakhil, manajer Al Arabiya -stasiun televisi yang dimiliki pemerintah Saudi- mengatakan sanksi terhadap Saudi akan memicu “bencana ekonomi yang imbasnya akan terasa di seluruh dunia”.
2. Kontrak militer
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockho, (SIPRI), anggara militer Arab Saudi adalah yang terbesar ketiga di dunia pada 2017.
Pada 2017, Saudi menandatangani kesepakatan persenjataan dengan AS senilai US$110 miliar atau sekitar Rp1.667 triliun, dengan opsi bertambah menjadi lebih dari US$350 miliar dalam kurun 10 tahun. Kesepakatan ini digambarkan AS sebagai yang terbesar dalam sejarah.
Negara-negara Barat lain yang memasok senjata ke Saudi di antaranya adalah Inggris, Prancis, dan Jerman.
Tajuk rencana yang ditulis Aldakhil mengisyaratkan jika Barat menerapkan sanksi, Saudi bisa mengalihkan kontrak militernya ke negara pesaing AS, yakni Cina dan Rusia.
3. Keamanan dan terorisme
Saudi adalah anggota koalisi internasional yang memerangi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) dan tahun lalu mendirikan koalisi antiterorisme yang beranggotakan 40 negara Islam.
Negara-negara Barat sudah menekankan bahwa Saudi berperan penting dalam menjaga stabilitas keamanan di Timur Tengah dan dalam memerangi terorisme.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, pernah mengatakan penting untuk tetap memiliki hubungan yang erat dengan Saudi. PM May mengatakan apa yang dilakukan Saudi “membantu keamanan di dalam negeri Inggris”.
Aldakhil menulis jika Barat menerapkan sanksi terhadap Saudi, maka kerja sama intelijen dan pertukaran informasi antara Saudi, AS, dan negara-negara Barat lain dipastikan akan dihentikan oleh Riyadh.
4. Aliansi regional
Saudi (yang merepresentasikan kekuatan Sunni) dan Iran (yang mewakili kekuatan Syiah) sudah sejak lama terlibat dalam konflik, baik secara langsung maupun tidak, di Timur Tengah selama beberapa dekade.
BACA JUGA: Iran Serukan Dunia untuk Lawan Amerika Serikat
Aldakhil memperingatkan, jika AS menjatuhkan sanksi, Saudi bisa “menghangatkan hubungan dengan Iran, bahkan mungkin Saudi melakukan rekonsiliasi dengan negara tersebut”.
5. Perdagangan dan investasi
Nilai perdagangan barang dan jasa antara AS dan Saudi mencapai US$46 miliar atau hampir Rp700 triliun. Ini membuat AS menikmati surplus US$5 miliar. Kementerian Perdagangan AS memperkirakan hubungan dagang kedua negara membantu menopang 165.000 lapangan kerja di Amerika pada 2015.
Tajuk rencana Al Arabiya menyebutkan jika sanksi dijatuhkan AS terhadap Saudi, akses perusahaan-perusahaan AS ke pasar domestik Saudi bisa saja langsung dibatasi. []
SUMBER: BBC