AMERIKA SERIKAT—Sejumlah besar warga Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah mengkhawatirkan masa depan negaranya.
Hasil survei tahunan “Stres di Amerika” yang dirilis pada Selasa oleh American Psychological Association (APA) dengan menjangkau 3.458 warga di 50 negara bagian. Jumlah ini menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga atau 69 persen dari mereka tertekan dengan kebijakan yang diambil negaranya.
BACA JUGA:Â Dituding Kerjasama dengan Rusia saat Pemilu, Trump: Itu Tipuan Besar
Survei itu dirilis jelang pemilihan umum paruh waktu 6 November 2018, saat warga AS akan memberikan suara mereka untuk memilih gubernur, pejabat daerah, dan anggota Kongres.
Beberapa insiden telah merongrong proses persiapan pemilu, di antaranya paket bom yang dikirim ke politikus Demokrat dan penembakan massal di sebuah sinagoge di Pennsylvania.
Survei APA berfokus pada Generasi Z atau mereka yang berusia 15-21 tahun. 75 persen Generasi Z beranggapan insiden penembakan itu telah memicu stres.
“Dibandingkan dengan orang dewasa, Generasi Z lebih tertekan dengan isu-isu yang diekspos oleh media, seperti pemisahan dan deportasi keluarga migran, pelecehan seksual, hingga kekerasan,” papar APA dalam siaran pers.
Sekitar 57 persen Generasi Z menyatakan perpisahan keluarga migran telah menimbulkan stres, sementara 53 persen lainnya mengkhawatirkan pelecehan seksual.
Namun terlepas dari keprihatinan mereka akan masa depan negara, Generasi Z cenderung tidak akan berpartisipasi dalam pemilu paruh waktu. Hanya sebagian dari mereka yang berniat untuk memberikan suara.
BACA JUGA:Â Muslim Amerika Galang Dana untuk Korban Penembakan di Sinagog Pittsburgh
Stres yang dialami warga AS berdampak pada fisik dan psikologis mereka, termasuk sakit perut, sakit kepala, sulit tidur, obesitas, hingga depresi.
“Sembilan dari 10 orang dewasa Gen Z (91 persen) mengatakan mereka telah mengalami setidaknya satu gejala fisik atau emosional karena stres,” ungkap APA. []
SUMBER: ANADOLU