ADALAH Abdul Aziz Davletshin, seorang Muslim Rusia yang berprofesi sebagai intel, pergi haji. Namun ia naik haji bukan semata-mata untuk beribadah, tapi karena profesi. Davletshin dikirim oleh petinggi Uni Soviet untuk laksanakan haji pada 1898-1899.
Di tanah suci Davletshin memiliki tugas khusus, yakni mengamati pos-pos militer, para pemimpin keamanan, berbagai aspek kehidupan di Tanah Suci mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga masjid-masjid. Selain di Kota Makkah, Davletshin menerangkan secara detail berbagai situs suci di Kota Taif, Yanbu, dan Madinah dalam buku setebal 352 halaman.
“Ia (Davletshin) bahkan mencatat epidemik kolera dan tifus yang menyebar di kalangan sebagian besar jamaah haji dan membunuh separuhnya. Epidemik dari sekalangan peziarah itu lalu menyebar ke perkampungan badui serta beberapa tempat di Semenanjung Arab,” ujar Efim Rezvan, penulis kisah Davletshin, seperti dikutip dari Arabnews.
Davletshin sangat fasih membuat laporan intelijen dalam bentuk novel deskriptif yang terbagi dalam kumpulan sejarah, geografi, politik, sosiologi, dan administrasi publik di Tanah Hijaz ketika itu. Buku yang diterbitkan di Kota Beirut pada 1994 tersebut ditulis dalam bahasa Arab.
Selain bertugas mengumpulkan data, Davletshin ikut melaksanakan haji bersama ribuan jamaah dari berbagai negara. Sehingga ia dapat mengilustrasikan betapa menderitanya para jamaah haji di tengah sergapan badai panas di gurun pasir. Mereka juga terancam dengan serombongan suku-suku liar bersenjata yang menguntit kafilah (rombongan) haji.
Kondisi rute jalan yang menghubungkan Kota Makkah dan Jeddah serta Makkah-Madinah digambarkan begitu menantang.
“Sepanjang jalan rute Hijaz dipenuhi pasir berbatu dari serakan pegunungan di sisi jalan tersebut yang membuat perjalanan makin terasa sulit,” jelas Revzan.
Berdasarkan penjelasan para kurator, buku yang ditulis hampir dua abad lalu ini bisa menjadi referensi perbandingan perjalanan haji modern kini yang sangat nyaman dengan berbagai pilihan moda transportasi, hotel-hotel, serta restoran mewah.
Selain itu dari tulisan dan pengalaman Davletshin selama berinteraksi dengan kaum muslim yang dibukukan tersebut dijadikan referensi para petinggi Soviet (sebelum pecah) dalam memata-matai beberapa negara muslim termasuk invasi ke Aghanistan. []