Oleh: Abdullah Sholeh Hadrami, @AbdullahHadrami
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. 48 Al-Fath, 4)
Para ulama menjelaskan tentang ayat tersebut bahwa jika iman bisa bertambah berarti juga bisa berkurang.
Sahabat Handholah Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
“Telah munafik Handholah wahai Rasulullah”.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bertanya: “Mengapa seperti itu?”.
Handholah Radhiyallahu ‘Anhu menjawab: “Wahai Rasulullah, ketika kami berada di sisi Anda dan Anda mengingatkan kami tentang surga dan neraka maka seakan surga dan neraka berada di depan mata kami, tapi ketika kami keluar dari sisi Anda dan kami berkumpul dengan istri-istri dan anak-anak kami serta pekerjaan kami maka kami banyak lupa.”
BACA JUGA: Krisis Ekonomi Istri Minta Cerai, Bagaimana?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, sekiranya keadaanmu terus menerus seperti ketika di sisiku dan ketika mendapat peringatan sungguh pasti malaikat-malaikat akan mengajakmu berjabat tangan ketika kamu di tempat-tempat tidurmu dan di jalan-jalanmu, akan tetapi wahai Handholah sesaat sesaat.” (HR. Muslim)
Maksud Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam adalah bahwasanya keimanan itu tidak mungkin bertambah terus, tapi adakalanya berkurang, kalau seseorang itu imannya bertambah terus dan tidak pernah berkurang pasti para malaikat akan kagum dan mengucapkan selamat kepadanya.
Kita harus beraktifitas dalam kehidupan sehari-sehari seperti berkumpul keluarga dan bekerja mencari nafkah yang diantara konsekuensinya adalah kadang keimanan berkurang dan menurun, sehingga kita juga harus mempunyai saat-saat untuk menambah dan meningkatkan keimanan seperti menghadiri majlis-majlis ilmu dan nasehat.
Berkata Umair bin Hubaib rahimahullah:
“Iman itu bertambah dan berkurang”.
Beliau ditanya: “Apa tanda bertambah dan berkurangnya?”
Beliau menjawab:
“Jika kita ingat Rabb kita dan takut kepadaNya maka itu adalah tanda bertambahnya. Namun, jika kita lalai, lupa dan menyia-nyiakanNya maka itu adalah tanda berkurangnya.” (Kitab Al-Iman karya Ibnu Abi Syaibah)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya iman itu adakalanya usang dalam diri seorang dari kamu seperti usangnya pakaian, maka mintalah kepada Allah agar memperbaharui keimanan dalam hati-hatimu”.
(HR. Ath-Thabrani dari Ibnu Umar, berkata Al-Haitsami: Sanadnya hasan. Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu ‘Amr dan beliau berkata: Para perawinya bisa dipercaya, disepakati oleh Adz-Dzahabi dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah nomer 1585).
Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu mengajarkan doa agar iman kita bertambah:
”اَلَّلهُمَّ زِدْنَا إِيْمَاناً وَيَقِيْناً وَفِقْهاً “
Cara membacanya:
“Alloohumma zidnaa iimaanan wa yaqiinan wa fiqhan”.
Artinya:
“Ya Allah, tambahlah untuk kami keimanan, keyakinan dan kefahaman”.
(Berkata Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam kitabnya “Fathul Bari” 1/48: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Iman dan sanadnya shahih).
Sahabat Abu Ad-Darda Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
“Termasuk diantara kepandaian seorang hamba adalah dia mengetahui apakah imannya bertambah atau berkurang, dan termasuk kepandaian seorang hamba pula adalah dia mengetahui godaan-godaan setan datang dari mana saja kepadanya”.
Diantara Sebab Bertambahnya Iman Ada Tujuh
Mempelajari ilmu agama
Menghadiri majlis-majlis taklim karena majlis seperti ini menambah dan mempertebal keimanan sehingga majlis taklim disebut dengan “Majlis Iman”.
Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, berusaha memahami dan mengamalkannya.
Tidak diragukan lagi bahwa membaca Al-Qur’an dengan tadabbur, berusaha memahami dan mengamalkannya mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan kualitas keimanan kita karena banyak sekali nasehat dan pelajaran berharga di dalamnya.
Mempelajari sejarah hidup (sirah) Nabi dan Salafush Shaleh
Melalui kajian sejarah hidup (sirah) Nabi dan Salafush Shaleh kita menjadi tahu berbagai macam sisi kehidupan Beliau dan mereka sehingga kita terdorong untuk menjadikan Beliau dan mereka sebagai suri tauladan.
BACA JUGA: Hapal Bacaan Shalat, Bagaimana dengan Maknanya?
Bersungguh-sungguh dalam beribadah dan memperbanyak amal sholeh seperti shalat, sedekah, puasa, haji, umrah, berdzikir, beristighfar, berdoa, menyambung tali silaturrahim dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah serta yang lainnya.
Para ulama bersepakat bahwa keimanan pasti bertambah dan meningkat jika kita banyak berbuat ketaatan dan amal sholeh.
Memperhatikan amalan-amalan hati seperti takut, cemas, cinta, berharap, tawakkal dan lainnya terutama membersihkan hati dari kotoran-kotorannya seperti iri, dengki, hasad, sombong, ujub dan lainnyq sehingga hati menjadi bersih.
Amalan hati adalah amalan dahsyat yang sangat besar pengaruhnya untuk meningkatkan keimanan dan menggapai ridha Allah. Cinta Allah, takut kepada Allah, berharap kepada Allah, tawakkal kepada Allah dan yang lainnya adalah inti tauhid. Juga membersihkan hati dari semua yang mengotorinya.
Bergaul dengan orang-orang baik dan menjauhi bergaul dengan orang-orang jahat.
Pergaulan kita sangat berpengaruh terhadap kualitas keimanan kita karena lingkungan akan mewarnai kehidupan dan diri kita.
Memperhatikan orang yang diatas kita dalam urusan agama dan orang yang dibawah kita dalam urusan dunia.
Memperhatikan orang yang diatas kita dalam urusan agama menjadikan kita termotivasi untuk menirunya dan memperhatikan orang yang dibawah kita dalam urusan dunia menjadikan kita selalu bersyukur kepada Allah dan tidak pernah meremehkan semua nikmatNya.
Hamba Allah yang selalu berharap petunjuk, ampunan dan kasih sayangNya, juga selalu berdoa dan berharap mati husnul khotimah diatas Islam dan Sunnah. []