ADA ungkapan ‘hidup ibarat roda, kadang di atas kadang di bawah.’ Ungkapan tersebut menggambarkan kenyataan hidup manusia tak selalu diwarnai dengan kebahagiaan. Tidak pula hidup selalu diliputi kesedihan.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu, orangorang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya (yaitu, Allah Subhanahu wata’ala) dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155—157)
BACA JUGA: Doa Belum Dikabul? Bersabarlah
Tak jarang manusia harus jatuh bangun menghadapi kehidupan. Ia harus menghadapi sekian banyak cobaan. Namun beruntunglah orang-orang yang sabar. Apa itu Sabar?
Secara bahasa sabar artinya menahan atau mencegah. Sedangkan menurut istilah sabar adalah kemampuan seseorang untuk menahan lisan, mengendalikan diri (jiwa), serta menahan anggota tubuh dari memukul wajah dan merobek kerah baju (pakaian). (It-hafu al-’Uqul bi Syarhi Tsalati al-Ushul, asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri)
Penyebutan “memukul wajah dan merobek kerah baju (pakaian)” dalam definisi di atas, terkait dengan kebiasaan orang-orang Arab jahiliah (sebelum Islam datang) ketika ditimpa musibah kematian orang yang dicintai. Mereka menunjukkan perilaku memukul-mukul wajah dan merobek kerah baju. Ini dilakukan sebagai wujud kesedihan yang mendalam. Berdasar definisi di atas, sabar memiliki tiga unsur pokok: pertama, pengendalian diri (jiwa). Kedua Pengendalian lisan. Dan ketiga pengendalian anggota tubuh.
Kesabaran seseorang akan tecermin dari sejauh mana tingkat dan kemampuan dirinya melakukan pengendalian diri, lisan, dan anggota tubuhnya. Seseorang belum dikatakan bersabar manakala tangan atau kakinya melakukan aksi perusakan saat dirinya emosi menghadapi ketidakpuasan. Dia melakukan tindakan agresif secara membabi buta.
Seseorang belum juga dikatakan bersabar manakala dirinya ditimpa musibah lantas lisannya mengeluarkan kata-kata kekufuran atau kesyirikan, kata-kata tidak terpuji, umpatan atau sumpah serapah, caci maki, dan yang sejenis.
Seseorang juga belum bisa dikatakan bersabar saat dirinya didera musibah lantas jiwanya goncang dan hilang kontrol diri. Dia tidak bisa mengendalikan diri, dan justru menampakkan kemarahan dan sikap emosi.
BACA JUGA: Hadapi Persoalan Hidupmu dengan Sabar dan Tenang
Lebih dari itu, dalam keadaan goncang, dirinya terjatuh pada perbuatan syirik atau bid’ah. Dirinya tak sabar menghadapi kesulitan hidup lantas mendatangi dan meminta-minta kepada yang ada di dalam kubur atau mendatangi dukun, Naudzubillah.
Maka dari itu, seseorang bisa dikatakan bersabar manakala dirinya mampu mengendalikan dan mengontrol emosi, lisan, dan segenap anggota badannya saat menghadapi musibah atau situasi tidak menyenangkan yang menimpanya. Ia tetap dalam garis ketaatan seraya tawakal (berserah diri) dan memohon pertolongan-Nya. []
SUMBER: ATSAR