Haji merupakan salah satu rukun Islam. Haji, secara etimologi bahasa Arab, mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’, haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu.
Tidak semua orang bisa berhaji. Kendalanya bermacam-macam. Ada yang tidak sanggup dengan biaya, ada juga yang sudah meninggal dunia sebelum bisa berhaji.
BACA JUGA: Hanya Bermodal Mengayuh Sepeda, Tukang Becak Ini Bisa Naik Haji
Sebagian orang ada yang ‘menghajikan’ orang tuanya yang telah meninggal. Bolehkah demikian?
Tanya: Bolehkah kita melakukan haji untuk orang lain, katakanlah untuk ibu?
Jawab:
Suatu kali, seorang wanita bertanya kepada Rasulullah s.a.w dan berkata, “Ibu saya wafat sebelum berhaji. Apakah boleh saya menghajikannya?”
Rasulullah menjawab, “Engkau boleh menghajikannya.”
Di waktu lain, Rasulullah sedang berhaji, beliau mendengar seseorang berucap, “Labbaika lisy Syibrimah,” (orang tersebut berhaji untuk Syibrimah, red).
Rasulullah pun bertanya kepada orang tersebut, “Apakah engkau sudah berhaji untukmu sendiri?”
BACA JUGA: Haji Mabrur atau Haji Mabur?
“Belum!” Jawabnya
“Hajilah untuk dirimu dulu, baru berhaji untuk Syibrimah!” (HR Ahmad dan Syafi’i)
Sumber: Anta Tas’alu wa Islaamu Yujiibu, Prof. Dr. Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi. Hal. 490