BARU empat korban jatuhnnya pesawat LION AIR JT 610 yang berhasil diidentifikasi. Mereka adalah Jannatun Cintya Dewi, Chandra Kirana, Monni dan Hizkia Jorry Saroinsong.
Keberhasilan dalam pengungkapan identitas korban tak lepas dari jasa petugas tim Disaster Victim Investigation (DVI) di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.
Siapakah dan bagaimana mereka bekerja? berikut ini laporannya.
Tim DVI yang bekerja menangani kasus Lion Air JT-610 ini terdiri dari sejumlah pakar, mulai dari pakar odontologi, pakar patologi forensik, hingga ahli laboratorium asam deoksiribonukleat alias DNA.
BACA JUGA: 3 Korban Pesawat Lion Air di Karawang kembali Berhasil Teridentifikasi
Agustinus merupakan kepala tim odontologi di tim DVI. Dia bertanggung jawab terhadap tim yang khusus mencari dan memeriksa gigi dari jasad korban yang dioper ke RS Polri.
Semua tim spesialis di DVI bekerja untuk dua tim yakni tim antemortem dan tim postmortem.
Kendati sejak hari pertama pencarian dan evakuasi korban jatuhnya Lion Air, Senin (29/10/2018), tim baru menemukan sebuah gigi korban, tim odontologi cukup sibuk mencari data antemortem.
Agustinus mengakui pihaknya kini lebih fokus menguber data antemortem. Sebab, temuan geligi dari lokasi evakuasi sangat minim. Guna mengakali situasi itu, Agustinus dan personelnya menghubungi dokter gigi yang memegang rekam medis gigi milik korban atau jika terpaksa meminta foto korban yang sedang tersenyum kepada keluarga.
“Minimal, at least, kita punya foto saat senyum, kalau ada dua yang mirip, paling tidak kita berani kalau harus terpaksa,” ujar Agustinus.
BACA JUGA: Jannatun Cintya Dewi Dikenal sebagai Analis Cerdas di Kementerian ESDM
Di tempat terpisah, koordinator antemortem RS Polri Kombes Pol Saljiana bercerita bahwa timnya harus bersiaga 24 jam nonstop untuk melayani keluarga korban yang hendak melaporkan data yang berkaitan dengan korban.
Sekecil apapun informasi dan waktu kedatangannya, Saljiana memastikan timnya siap menampung.
“Kita semaksimal mungkin melaksanakan sampai keluarga pulang. Ada yang sampai datang jam 2 malam loh kemarin itu,” tukasnya.
Sementara itu, di bagian CT Scan Postmortem, bertugas seorang dokter forensik bernama Niken Budi Setywati. Tugas Niken dan rekan setimnya di postmortem ini dimuali dari penerimaan kantong jenazah hingga pengambilan jaringan sel untuk dibawa ke uji DNA.
Niken bercerita proses kerja timnya bermula dari pelabelan bagian tubuh dan benda yang ada dalam kantong jenazah. Setelah melalui proses pendinginan, bagian tubuh yang tiba itu diperiksa oleh tim postmortem.
Tiap unit tim postmortem tediri dari lima orang, yakni dokter forensik, gigi, ahli DNA, Inafis, dan fotografer.
“Untuk satu body bag ada satu tim yang menangani,” ujar Niken.
Seluruh tim identifikasi dituntut sigap mengantisipasi kedatangan kantong-kantong jenazah yang bisa tiba tanpa terduga.
Selama peristiwa khusus seperti kecelakaan pesawat ini, tim DVI dituntut bekerja ekstra keras. Mereka menerapkan sistem jaga bergiliran untuk membagi waktu istirahat sekaligus agar pelayanan bisa berlangsung 24 jam.
BACA JUGA: Korban Jatuhnya Lion Air, Jannatun Cintya Dewi Teridentifikasi Berkat Sidik Jari dan Cincin
Kendati menguras tenaga dan pikiran, Niken mengaku pekerjaannya ini ia niatkan sebagai ibadah.
“Apalagi ini ibadah,” tutur Niken.
Data terakhir yang dikutip dari laporan CNN Indonesia menyebutkan, tim DVI RS Polri hingga kini telah menerima total 65 kantong jenazah, dengan 272 bagian tubuh di dalamnya.
Sementara untuk data antemortem, tim DVI sudah menerima 189 laporan. Sebanyak 152 di antaranya sudah diambil sampel untuk dibawa ke uji laboratorium DNA. []
SUMBER: CNN INDONESIA