HUSEN Khusaeri, pedagang gilo-gilo di Semarang, Jawa Tengah berkeliling menjajakan aneka buah-buahan dan gorengan dengan gerobak dorong.
Husen, merupakan seorang pria yang hidup bersama istri dan kedua anaknya. Mereka tinggal di sebuah kontrakan, dengan penghasilan rata-rata Rp 50.000 per hari.
Pria ini berhati emas. Setiap usai shalat Jum’at dan shalat Dzuhur, ia sedekahkan dagangannya ke jamaah sebuah masjid.
Pria 40 tahun itu tinggal di Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan. Tempat langganannya bersedekah adalah Masjid Istiqomah Gergaji.
“Siang hari kan panas sekali, buah segar tentu cocok untuk dibagikan ke para jama’ah. Gorengan juga bisa sedikit mengobati lapar,” ujar Husen.
Para jamaah, terutama anak-anak, bersukacita menyambut sedekah Husen.
“Buahnya enak dan selalu segar. Ada semangka, melon, nanas, pepaya,” kata seorang anak.
Setiap hari Jum’at, Husen merelakan ratusan ribu rupiah uang dikeluarkan dari hasil keringatnya sendiri, untuk belanja buah segar dan gorengan di pasar.
Setia hari Jum’at pun, jama’ah masjid lebih banyak, sehingga ia harus merogoh kocek lebih dalam dibanding hari biasa.
Belakangan diketahui, sejumlah orang mengapresiasi cara bersedekah itu. Mereka lantas menitipkan uangnya ke Husen untuk dibelikan buah dan ikut dibagikan gratis kepada jamaah masjid.
“Saya senang ada warga yang menitip sedekah ke saya, karena akan semakin banyak jamaah yang ikut menikmati buah dan gorengan,” ujar Husen.
Menariknya, dari hasil menyisihkan keuntungan hariannya, Husen menabung untuk berangkat ke Tanah Suci.
“Cita-cita saya suatu ketika nanti ingin berangkat umrah bersama istri,” ujarnya penuh harap.
Cara bersedekah Husen ini, sudah dijalaninya sejak setengah tahun lalu. Sedangkan berjualan gilo-gilo telah dijalaninya sekitar 14 tahun lalu.
Menurutnya, dengan bersedekah bisa membuatnya tenang, serta bisa membantu sesama yang membutuhkan makanan. []
sumber: tribunjogja