Oleh: Emmy Harti Haryuni, masanang472@gmail.com
INSAN yang tersinari pancaran cahaya Illahi akan selalu rindu tiada tara untuk selalu dekat dengan-Nya. Ia akan selalu bersungguh-sungguh dalam menghamba kepada Rab-Nya, berusaha selalu optimal dalam beramal.
Sebaliknya insan yang penuh noktah dosa, senantiasa terpedaya dalam kelamnya fatamorgana. Merasa takjub dengan dirinya sendiri hingga tak sadar bahaya mengintai sekelilingnya. Pembunuh berdarah dingin dikira kekasih karena cinta buta telah melekat.
BACA JUGA: Perlu Diingat, Ini Doa Agar Tak Malas Beribadah
Kita pasti ingat betul betapa kerasnya permusuhan syetan. Betapa syetan telah berhasil merasuki diri kita agar lihai mencari-cari alasan yang sebetulnya tidak dibenarkan. Mencari-cari alasan untuk bisa lepas dari ketentuan syariah. Mengais-ngais dalih untuk kemudian merasa tidak bersalah atas keteledoran maupun kesengajaannya terhadap pelanggaran syariat di saat kuantitas dan kualitas ibadah yanag kian minus, begitu pula taubat yang tidak serius.
Saat adzan berkumandang terkadang terucap “cepat sekali, perasaan baru saja adzan eh kok udah adzan lagi”. Ada saja alasan untuk menunda-nunda bahkan mengakhirkan waktu sholat. Lagi sibuk lah, banyak custumer lah, repot anak2 lah, dan lain-lain. Begitu juga saat tiba waktu ngaji. Ada saja alasan kesibukan, atau ah waktu masih panjang kapan-kapan bisa.
Kita juga menyaksikan betapa banyak pelaku kemaksiatan, orang-orang zhalim yang suka berkilah untuk mencari-cari pembenaran atas perbuatannya. Seringkali mereka berkilah agar bisa lepas dari tanggungjawab pebuatannya. Mereka mencari qaul-qaul yang bisa menjadi argumen. Kalau bisa ayat dan hadist diakal-akali sedemikian rupa agar bisa sesuai keinginannya.
Tidak jauh kondisinya dengan para pencetus, penggagas, penggiat, pendukung, pembela, penista agama.
Saat kaum muslimin seantero dunia geram atas aksi pembakaran bendera tauhid. Dengan entengnya berkilah hingga berubah-ubah tak konsisten. Untuk menghormati bendera tauhid agar tidak tercecer lah, itu kan bendera HTI lah, itu bukan bendera tauhid lah, itu gara-gara yang mengupload lah, gara-gara yang membawa bendera lah, dan seabreg alasan lainnya agar bisa ngeles untuk menghindar dari tanggungjawab yang sudah di depan mata.
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah orang yang paling cerdik berkilah.” (HSR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i).
Betapa kita ingin menjadi orang yg terpandang dan terhormat di mata manusia. Akan tetapi mengapa kita sering abai dengan derajat kita di sisi Allah?
BACA JUGA: Atasi Rasa Malas dengan 9 Hal Ini
Beramai-rama para pejabat dan tokoh papan atas melakukan jumpa pers bebicara guna menghias-hiasi kebathilan agar tampak sebagai kebenaran, atau mengakalinya dengan memelintir syariat.
Sungguh kebiasaan berkilah ini harus kita enyahkan dari kamus kehidupan kita. Agar kita tidak tertipu, sebab kematian setiap saat pasti menyerbu. Akibat paling menyengsarakan dari kebiasaan berkilah adalah sulit mendapatkan maghfirah. Padahal Allah maha pengampun, maghfirahNya terbentang luas namun hanya diberikan kepada orang-orang yang bertaubat dan beristighfar mengakui dosa dan kesalahannya.
Sementara bagi yang suka berkilah, ia akan selalu mencari-cari alasan pembenaran atas kecerobohannya. Ia tak mau mengakui kesalahnya karena tak mau dianggap berdosa. Padahal Allah SWT akan cepat mengampuni dosa-dosa hambanya bila hambanya mau mengakui dan menyadari kesalahannya.
Ingatlah, barangkali kita bisa saja selamat dari hukuman (had) dunia ketika kita berhasil dalam berkilah. Namun bukankah pengadilan Allah akan tegak dan dosa sekecil apa pun pasti akan terkuak di akhirat nanti. Wallahu’alambishowab. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.