Oleh: Newisha Alifa
SEORANG teman, kerap kali menceritakan perihal rumah tangganya yang penuh perbedaan pendapat. Hingga tak jarang, ia pun membandingkan sifat sang suami dengan suami temannya yang nampak selalu bersikap romantis dan manis terhadap sang istri.
“Temen gue ama lakinya nikah udah lama, panggilannya masih mesra kaya orang pacaran, lho. Sayang, honey, darling. Kok laki gue kagak begitu yaa?”
Di lain kesempatan usai dibuat tertawa oleh teman laki-laki di sekitar kami, ia pun kembali berkomentar, “Enak tahu punya laki humoris. Kitanya awet muda!”
BACA JUGA:Â Romantisnya Mandi Janabah Bersama
Sering kali kulambaikan tangan, ketika perkara biduk rumahtangganya mulai tak sanggup lagi untuk kumengerti.
“Hellowwww … nggak salah, Mba. Lo curhat beginian sama gueeee yang belum berpengalaman.”
Kalau sudah ku-skakmat seperti itu biasanya dia langsung diam dan cuma memamerkan deretan gigi rapinya.
Salah satu jalan menuju bahagia adalah dengan mensyukuri apa yang sudah ditakdirkan Allah untuk kita. Nah, cara untuk bersyukur tadi itu salah satunya adalah dengan TIDAK MEMBANDINGKAN apa yang kita miliki dengan apa yang orang lain punyai. Titik.
By the way soal romantis, perempuan mana sih yang nggak klevek-klevek sama pria romantis? Romantis beneran yaa … bukan rokok-makan gratis.
Tapi ahh …
Masalahnya nggak semua pria punya passion buat jadi sosok yang romantis lagi puitis. Contohnya nggak jauh-jauh deh … My Lovely Daddy.
Orang serumah tahu banget kalo Bapak adalah sosok yang cuek banget. Jangankan menghujani Ayang Mamih dengan deretan kata puitis bak pujangga, inget tanggal lahir kita bertiga aja, kagak! Bahkan tanggal kelahirannya pun, beliau sering lupa.
Dari kami kecil apa beliau termasuk yang sering bawa oleh-oleh buat anak-anaknya di rumah? Sekali-kalinya beli oleh-oleh pulang kerja, beliau beli cokelat batangan di bus. Dan itu adalah momen tak terlupakan bagi kami.
Atau bagaimana ketika Bapak menjanjikan akan memberikan uang senilai Rp. 15.000 jika putri sulungnya ini sudah berhasil menghafal beberapa doa setelah sholat. Come on … uang segitu belasan tahun yang lalu udah bisa belanja banyak barang di koperasi dekat rumah nenek!
Begitulah sosok Bapak yang cuek. Tak pandai merangkai kata untuk membuat pipi Mamah merona dan bersikap lemah lembut pada kedua putrinya, misal dengan memanggil kami ‘Nak’. Bapak juga sempat keberatan ketika anaknya memanggilnya, ‘Papa’ maksudnya kan biar matching yaa Mama-Papa. Eh, beliau malah ngomong gini :
“Papa-Mama kaya orang kaya aja!”
Yaa begitulah sosok Bapak. Yang selalu menekankan kami sekeluarga untuk senantiasa hidup prihatin. Karena beliau pun lahir dan dibesarkan dalam suasana keprihatinan. Maka Bapak tak ingin anak-anaknya bermental tempe! Tak semua yang kita mau, bisa kita dapatkan dengan mudah. Seolah itu yang hendak beliau tanamkan pada mental kedua putrinya.
Semakin usia beranjak naik …
Semakin diri ini sadar …
Bapak tak banyak cakap bukan karena ia tak sayang pada kami bertiga. Tapi karena beliau mengekspresikan kasih sayangnya dengan cara yang lain. Yaa … action!
Bapak membuktikan kepedulian dan tanggungjawabnya pada kami dengan mencari nafkah yang halal bagi keluarga kecilnya. Betapa hati ini mendadak sesak, setiap melihat sepatu kerjanya yang sudah rusak di sana-sini, sementara sepatu anak-anaknya layak untuk ke sekolah.
BACA JUGA:Â 4 Kisah Cinta Ini Lebih Romantis Daripada Romeo dan Juliet
Sederhana saja prinsip lelaki itu, yang penting istri dan kedua anaknya bisa makan setiap hari dan tidak putus sekolah!
Betapa Bapak dengan sabar menantiku keluar dari kampus jam setengah 10 malam usai mengikuti ospek. Beliau rela tak langsung pulang ke rumah sepulangnya bekerja, dan memilih menunggu di salah satu masjid dekat kampus hingga kutelpon untuk menjemput.
Ya …
Begitulah cara lelaki yang paling kami cintai ini menunjukkan kasih sayangnya. Kesetiaannya pada Mamah selama lebih dari seperempat abad berumahtangga, seolah menutup kekurangannya yang tak mampu bersikap romantis.
Kepeduliannya untuk meminta kami berhijab kemudian mengarahkan kami untuk mengaji, adalah bentuk riil bahwa beliau ingin keluarga kami selalu bersama hingga di surga-Nya Allah, kelak.
Bapak jarang sekali mengajak Mamah pergi berdua kemana gitu. Tapi Ma Syaa Allah! Sekalinya ngajak pergi usai dapet rezeki lebih, langsung membawa Mamah umroh ke tanah suci!
Bapak … terima kasih untuk segalanya yang takkan pernah sanggup kami balas.
#
Jadi jika hari ini, masih ada istri yang sibuk mengeluhkan sifat suaminya yang kaku, tidak romantis, cuek … padahal suaminya masih menafkahi keluarganya lahir bathin, tidak selingkuh dan selalu mengingatkannya dalam kebenaran dan kebaikan, SADARLAH! Nikmat Allah mana lagi yang hendak kaudustakan?
Ingatlah!
Di luar sana, banyak wanita yang ingin bertukartempat denganmu! Mereka yang suaminya nampak necis dan perlente. Sejak pacaran jago merayu, tapi setelah menikah jago juga selingkuh Atau para wanita lajang, yang boleh jadi mengagumi suamimu dalam diam.
#
Pilihlah yang baik agamanya …
Maka kau akan selamat.
Masalahnya ‘baik agamanya’ luas artiannya. Nggak melulu soal mantap ibadah dzahirnya saja. Tapi sudah sejauh apa ia memahami dan menerapkan ilmu yang sudah sampai padanya.
Semoga Bapak selalu disayang Allah.
Semoga Bapak berkah dan panjang usianya, serta disehatkan jasmaninya.
Aamiin Yaa Robbal Alamiin.
Your Oldest Daughter,
31 Jan 2016