SIAPA pahlawan yang paling berjasa dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya? Salah satu tokoh yang paling terkenal adalah Bung Tomo. Sosok yang identik dengan seruan takbir dalam menyemangati perjuangan melawan penjajah itu, dianggap sebagai sosok sentral dalam pertempuran 10 November.
Tak banyak yang tahu, ada sosok lain yang tak kalah inspiratif dari Bung Tomo dalam perjuangan tersebut. Siapakah dia?
BACA JUGA: Kisah Pilu Bung Karno; Sarapan Nasi Kecap pun Tak Ada
Namanya, Abdullah. Dia dikenal dengan sebutan Mayor Abdullah atau Mayor Dullah.
Lelaki asal Gorontalo yang besar di Jawa timur ini turut serta dalam pertempuran legendaris 10 November. Apa yang membuatnya istimewa?
Abdullah yang bergelar Mayor itu ternyata tidak pernah mengenyam pendidiakan formal. Dia bahkan tak bisa membaca dan menulis. Lebih dari itu, Abdullah hanya seorang penarik beca di pelabuhan Surabaya sebelum takdir menariknya menjadi tentara ALRI (angkatan laut).
Dalam in memorial: Tewas dalam melakukan tugas untuk ibu pertiwi: Letkol Sudiarto dan Major Abdullah di surat kabar Meredeka edisi 12 Oktober 1950 disebutkan, saat masih mengayuh beca, Abdullah selalu menggratiskan becanya untuk para TNI (dulu BKR) yang menyewa jasa transportasinya. Sebab, baginya itu adalah untuk kepentingan negara. Mungkin hanya itu yang mampu dilakukan seorang tukang beca untuk mendedikasikan dirinya bagi perjuangan bangsa.
Namun, suatu hari, seorang perwira bernama Andi R Ahmad Aries, pelaut sekaligus komandan pangkalan (Modderlust) di Surabaya, naik becanya. Bahkan menjadi pelanggannya, hingga akhirnya mereka bersahabat.
Karena dedikasinya, Abdullah diangkat oleh Aries menjadi kepala pasukan ALRI. Dia diangkat karena keaktifannya dalam bertempur membela negara, bukan karena pendidikannya.
Dalam sebuah catatan kecil, Soe Hok Gie pernah menulis tentang sosok Mayor Abdullah ini.
“Ketika proklamasi, ia masih tetap menjadi tukang beca, tetapi semangatnya mendidih pada waktu ia melihat keganasan Inggris pada 10 November 1945.
Ia membentuk pasukan-pasukannya sendiri. Karena kecakapan, kejujuran dan sifat kepemimpinannya yang baik, ia sangat dicintai oleh bawahannya. Kemerdekaan memberi kesempatan padanya untuk mengembangkan bakat secara bebas yang pada masa kolonial dirintangi penjajah.
BACA JUGA: Inilah 4 Fakta Menarik Bung Tomo
Abdullah mulai belajar membaca dan menulis, kemudian belajar bahasa Inggris, dan Belanda serta ilmu-ilmu lainnya. Akhirnya karena kemauan yang keras ia menjadi ahli muslihat perang (strategi perang) yang sangat ditakuti Belanda.
Beliau adalah bukti bahwa dalam masyarakat dan negara yang merdeka semua dapat dicapai asal ada kemauan.” []
Sumber: Tukang Becak Jadi Mayor TNI: Kisah Mayor Abdullah, Pahlawan 10 November yang Terlupakan/Karya: Petrik Matanasi/Penerbit: Garudhawacana/Tahun: 2015