DI dalam Al Quran kata jalan disebut dalam dua bentuk, yaitu shiroth dan sabil. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa shiroth selalu berada pada kebenaran, sedangkan sabil belum tentu.
Karenanya ada yang di sebut “sabilullah“ jalan Allah, dan ada yang disebut dengan sabilu thoghut “jalan setan“.
Ibnu Qayyim dalam kitab madariju salikin menyebutkan bahwa sebuah jalan dapat disebut sebagai shirat jika ia mengandung lima hal:
BACA JUGA: Rumah Berjalan, Tanah Terbelah
1. Lurus
2. Dapat menyampaikan ke tujuan
3. Dekat
4. Lapang yaitu dapat menampung semua orang yang lewat
5. Dapat dipastikan sebagai jalan yang mengantarkan kepada tujuan
Shirath itu sudah pasti mustaqim (lurus), sedangkan sabil ia bisa jadi jalan kesesatan. Karenanya kata shirath dalam Al Quran selalu di sifati dengan kata mustaqim, dan ia tidak pernah berdiri sendiri.
Setiap hari seorang muslim dalam shalatnya selalu minta untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus, padahal ia sedang berada pada jalan yang lurus yaitu menegakkan shalat. Kenapa demikian? Itu semua dikarenakan kebenaran yang belum di ketahui manusia sangatlah banyak jumlahnya.
Bahkan seseorang yang sudah mendapatkan hidayah, tidak menafikan dia untuk terus membasahi lisannya agar mendapatkan hidayah. Itu semua bertujuan agar ia tsabat (tetap) berada dalam hidayah-Nya hingga ajal menjemput.
BACA JUGA: Jalan Setan Halangi Manusia dari Jalan Allah
Tetaplah berada pada shirathal mustaqim meskipun pengikutnya tidak banyak, dan janganlah terpedaya dengan jalan yang sesat walau ia memilki banyak pengikut.
Orang yang meminta petunjuk ke jalan yang lurus, berarti ia meminta sesuatu yang kebanyakan orang menyimpang darinya dan sangat sedikit jumlah teman yang akan menyertainya dalam perjalalan ini, demikian tutur Ibnu Qayyim Al jauziah.
Bersiaplah dengan nafas yang panjang ketika engkau menempuh sirathal mustaqim karena ia bukan jalan yang ringan. Bersiaplah engkau dibenci, dipenjara bahkan dibunuh di atasnya, karena memang jalan ini adalah jalan orang–orang pilihan ia bukan jalan orang yang biasa biasa saja dalam tujuan hidupnya. []