PERINGATAN maulid nabi masih jadi perdebatan. Di kalangan muslim sendiri ada yang membolehkannya, ada pula yang menyebutnya bid’ah.
Bagaimana awal mulanya maulid nabi dperingati oleh umat Islam? Mari, kita telusuri jejaknya dari Mekkah, tanah kelahiran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Inilah ulasannya.
BACA JUGA: Inilah Sejarah Peringatan Maulid Nabi
Seorang sejarawan Mekah abad ketiga, Al Azraqi menyebut, rumah tempat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dilahirkan, termasuk tempat yang mustajab untuk salat. tempat itu bahkan pernah dijadikan masjid oleh ibu dari dua khalifah, yakni Musa alHAdi dan Harun Al Rasyid.
Ulama Alquran, al Naqqasy (266-351) menyebutkan bahwa tempat tersebut merupakan tempat di mana doa pada siang akan dikabulkan.
Nah, dalam Rihal, catatan tertua yang ditemukan tentang peringatan maulid karya Ibn Jubayr (540-614), disebutkan, “Tempat yang diberkati ini (yaitu rumah Nabi saw) dibuka, semua orang kemudian memasukinya dan mendapatkan barakah darinya, pada setiap hari Senin bulan Rabiul Awal karena pada hari dan bulan itulah Nabi saw dilahirkan.”
Sejarawan abad ketujuh, yaitu Abu al Abbas al Azafi dan putranya al Qasim al Azafi menulis:
“Jamaah haji yang saleh dan parapelancong terkemuka memberikan kesaksian bahwa pada hari maulid di Mekah, tidak ada kegiatan dilakukan, tidak ada yang diperjualbelikan, selain kesibukan orang-orang yang mengunjungi tempat kelahiran Yang Mulia dan bersegera memasukinya. Pada hari itu Ka’bah dibuka dan dapat dimasuki.”
Sementara itu,sejarwan abad kedelapan,Ibn Bathuthah menceritakan, setiap Jumat setelah shalat, dan pada hari kelahiran Nabi saw, pintu Ka’bah dibuka oleh ketua bani Syaybah, pemegang kunci Ka’bah. Dia menceritakan bahwa kepalaqadi Mekah (dari mazhab Syafi’i), Najm al Din Muhammad ibn al Imam Muhy al Din al Thabari, membagikan makanan kepada para syurafa’ (keturunan Nabi saw) dan semua orang Mekah yang lain.
Sedangkan bila digabungkan, berbagai catatan para tokoh abad etiga, yakni sejarawan Ibn Zahira al Hanafi, Imam ibn Hajar al Haytsami dan sejarawan Nahrawali, terungkap bahwa perayaan maulid Nabi memang sudah ada di kota Mekah di abad tersebut.
“Setiap tahun pada 12 Rabiul Awal, setelah melaksanakan salat maghrib, keempat qadi Mekah (masing-masing mewakili mazhab yang empat) dan kelompok-kelompok besar masyarakat, termasuk fuqaha dan tokoh-tokoh kota Mekah, para syekh, guru zawiyah dan santrinya, kepala pemerintahan, dan ilmuwan, meninggalkan masjid dan berangkat bersama-sama mengunjungi tempat kelahiran Nabi saw. sambil melantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di sepanjang jalur perjalanan diterangi lampu-lampu dan lilin-lilin besar. Sebagian besar orang berhamburan.
BACA JUGA: Ini Sejarah Perayaan Maulid Nabi
Mereka mengenakan pakaian spesial dan membawa anak-anak bersama mereka. Setelah tiba di tempat kelahiran, suatu khotbah disampaikan khusus untuk memperingati kelahiran Nabi saw. yang menguraikan berbagai keajaiban yang terjadi pada hari peristiwa tersebut. Setelah itu, doa dibacakan untuk khalifah, amir Mekah, dan qadi Syafi’i dan semuanya berdoa dengan kerendahan hati.Sesaat sebelum shalat Isya dilaksanakan, seluruh orang balik dari tempat kelahiran Nabi saw. ke Masjidil Haram, yang sudah hampir penuh sesak dan semua duduk bershaf di bawah maqam Ibrahim.
Di masjid, seorang khatib pertama-tama membacakan tahmid dan tahlil, dan doa untuk khalifah, amir Mekah, dan qadi Syafi’i. Setelah itu, azan Isya dikumandangkan. Setelah shalat, barulah kerumunan itu bubar,” Demikian keterangan dari keempat sejarawan tersebut. []
Sumber: Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi/ Karya: Syekh Muhammad Hisyam Kabbani/ Penerbit: Serambi/ Tahun:2007