JAKARTA— Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, tema milad Muhammadiyah ke-106 , Ahad (18/11/2018) adalah ‘Ta’awun untuk Negeri’.
“Karena itu bagi warga Muhammadiyah, mari kita gelorakan semangat milad kali ini sebagai momentum untuk menggerakan takwa dan kesadaran masa depan, sesuai dengan isi surah al Hahsr ayat 18,” tutur Nashir.
BACA JUGA: Jusuf Kalla Terima Muhammadiyah Award
Dalam miliad-nya, Muhammadiyah juga mengumumkan komitmennya. Berikut ini komitmen tersebut:
1. Muhammadiyah berkomitmen menyuarakan Islam berkemajuan
Nashir menjelaskan, secara kolektif Muhammadiyah berkomitmen menggelorakan, menyuarakan Islam berkemajuan sebagai basis nilai untuk membawa umat dan bangsa menjadi umat yang berkeadaban maju.
“Tanpa itu, kita umat Islam dan bangsa Indonesia hanya menjadi seolah genangan danau yang besar, tetapi tidak unggul dan berkemajuan, atau seperti budaya kasur tua yang diutarakan oleh WS Rendra,” ungkap Nashir.
2. Muhammadiyah terus menggelorakan praksis Islam
Muhammadiyah dalam konteks keumatan dan kebangsaan, bahkan dalam konteks kemanusiaan universal terus menggelorakan nilai-nilai Islam yang diwujudkan dalam program-program kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, dan usaha-usaha pemberdayaan yang benar-benar membawa pada perubahan.
“Karena itu, jadikan milad ini untuk terus mendinamisasi gerakan praksis sosial, termasuk di dalamnya gerakan al-maun, filantropi Islam, gerakan kebencanaan, dan pelayanan sosial untuk semua. Muhammadiyah untuk semua, Muhammadiyah for all,” kata Nashir.
3. Milad Muhammadiyah menjadi momentum membangun hidup untuk kebersamaan
Menurut Nashir, makna ta’awun untuk negeri itu harus diwujudkan dalam semangat ukhuwah dan semangat gotong-royong.
“Tetapi semangat gotong-royong maupun ukhuwah itu tidak hanya dalam retorika, tetapi kita wujudkan dalam kehidupan kolektif, dalam perbedaan kita sebagai umat dan bangsa, baik paham dan golongan orientasi kepentingan, kita harus tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan,” paparnya.
4. Gerakan dakwah di komunitas dan media sosial harus jadi perhatian
Nashir menjelaskan, baik Muhammadiyah, umat Islam, maupun bangsa Indonesia tengah menghadapi arus baru dunia digital dan dunia sosial yang sama sekali berada dalam situasi non konvensional. Maka, dakwah Muhammadiyah masuk menjadi gerakan yang semakin meluas pada dakwah komunitas.
“Hadirkanlah dakwah yang mencerahkan bagi masyarakat di akar rumput, bagi dunia medsos, bagi generasi milenial, agar nilai-nilai Islam yang mencerahkan, yang membawa pada kebaikan, pada kemajuan, nilai keluhuran, moralitas, dan akhlak itu menjadi acuan kita bergerak,” jelasnya.
5. Muhammadiyah mengajak semua pihak menjaga keberlangsungan bangsa
Menurut Nashir, di tahun politik ini tentu perbedaan kepentingan politik dan kontestasi politik akan semakin keras berlangung.
BACA JUGA: Dapat Penghargaan dari Muhammadiyah, Ini Kata JK
Oleh sebab itu, Muhammadiyah mengajak semua pihak dan melakukan usaha agar kehidupan kebangsaan tetap terjaga. Kendati dalam kehidupan politik ada kontestasi, jangan lupa bahwa demokrasi adalah instrumen untuk menjadi negara yang unggul berkemajuan.
“Bahkan demokrasi menjadi alat paling strategis membawa Indonesia sebagaimana dicita-citakan oleh pendiri bangsa, yakni menjadi negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, yang dalam bahasa Muh itulah negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur,” pungkas Nashir. []
SUMBER: IDN TIMES