Oleh : Usup Supriadi, S.Pd.I
(Guru PAI di MIS Cikoneng – Ganeas – Sumedang)
usupriadi12345@gmail.com
Pernah menonton atau membaca berita hijrahnya beberapa artis dan selebritis di Indonesia ? Ada artis yang dulu tampil seksi hijrah menjadi mengenakan cadar. Ada para selebritis yang bersatu dalam komunitas pengajian untuk mengkaji Islam. Ketika ditanyakan kepada mereka kenapa hijrah ? jawaban mereka ada yang ingin berubah menjadi lebih baik, ada yang ingin mendapatkan ketenangan hidup, dan lain-lain. Keseriusan mereka berhijrah membuat mereka memilih meninggalkan dunianya, yakni dunia hiburan. Nyinyiran dan cibiran pun mereka terima dengan lapang dada tanpa menyurutkan tekadnya berhijrah.
Ternyata hijrah ini terjadi bukan hanya di kalangan artis dan selebritis saja, melainkan terjadi pula pada masyarakat dengan berbagai profesi, termasuk hijrah yang dilakukan oleh para pelaku ribawi di lembaga keuangannya. Diantara mereka ada yang berhijrah setelah merasakan akibat buruk praktek riba yang mereka lakukan.
Ketika memperhatikan fakta hijrah yang terjadi pada mereka, hijrah seperti itu sesuai dengan definisi hijrah yang pertama -dari tiga definisi hijrah-, yakni hijrah dalam pengertian meninggalkan semua perbuatan yang dilarang oleh Allah. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda : “Orang yang berhijrah itu ialah orang yang meninggalkan segala apa yang Allah telah melarang darinya.” (HR. Bukhari dan lainnya dari Abdullah bin Umar r.a) (KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw II, hlm 122). Jadi siapa saja dari orang-orang Islam yang telah meninggalkan semua perbuatan yang dilarang oleh Allah, ia termasuk orang yang berhijrah -dalam pengertian yang pertama ini-.
Hijrah itu harus ikhlas, artinya berhijrah harus karena Allah dan Rasul-Nya, jangan karena yang lain. “Wahai segenap manusia, bahwasannya semua perbuatan itu tergantung niat dan bahwasannya bagi seseorang itu apa yang ia niatkan. Oleh karena itu, barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya kepada dunia yang ia ingin memperolehnya atau kepada perempuan yang ia ingin mengawininya, maka hijrahnya kepada apa yang ia berhijrah kepadanya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan lain-lain dan Umar ibnul-Khaththab r.a).
Baca Juga: Ustaz Dicky: Tren Hijrah Terus Alami Peningkatan
Adapun tentang sebab Nabi Muhammad Saw bersabda seperti itu, menurut para ulama ahli hadits adalah sebagai berikut : Tatkala Nabi Muhammad Saw sampai di Madinah dalam keadaan selamat sentosa setelah melakukan hijrah beserta para sahabatnya untuk memenuhi perintah Allah, beliau bersabda sebagaimana hadits diatas, dengan tujuan agar setelah menyelesaikan hijrah -yang merupakan suatu perbuatan yang berat- setiap orang memeriksa dan meneliti dirinya masing-masing, Nabi Muhammad Saw khawatir ada diantara mereka yang niat hijrahnya bukan karena Allah dan bukan karena menurut perintah Rasul-Nya, sehingga hijrahnya tidak diterima oleh Allah. Ketika itu ada seorang lelaki yang turut berhijrah ke Madinah tetapi niatnya bukan karena Allah dan bukan menurut perintah Rasul-Nya, melainkan karena tertarik kepada seorang perempuan yang bernama Ummu Qais. Lantaran lelaki itu tidak dapat mengawininya di Mekah, ia berharap dapat mengawininya di tengah perjalanan atau setelah sampai di Madinah. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari ‘Amasy : “Diantara kami (para sahabat) ada seorang lelaki yang telah meminang perempuan yang bernama Ummu Qais, tetapi perempuan itu menolak, tidak mau dikawini kecuali kalau lelaki itu ikut berhijrah. Maka lelaki itu pun berhijrah, kemudian ia mengawini perempuan itu. Maka kami menamai hijrahnya lelaki tadi dengan hijrah Ummu Qais.” (KH. Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw II, hlm 156). Berdasarkan hadits tersebut, jelas bahwa hijrah itu harus ikhlas, artinya hijrah harus karena Allah dan karena mengikuti Rasul-Nya, jangan karena yang lain.
Bagi pelaku riba -misalnya- yang hijrahnya karena tengah merasakan tekanan akibat buruk dari riba setelah menggelapkan uang para nasabahnya, dan ia mengalami kesulitan yang luar biasa untuk mengembalikan uang para nasabahnya, ditambah lagi dihantui ketakutan yang sangat jika ia harus berpisah dengan istri dan anaknya, tidak bekerja sehingga tidak bisa menjamin ekonomi keluarganya ketika terancam harus masuk penjara dan merasa sangat malu oleh masyarakat dan akibat buruk lainnya. Dan itulah yang mendorong ia hijrah, yang dulunya tidak sholat menjadi shalat, yang dulunya tidak puasa menjadi berpuasa, yang dulunya tidak pernah baca al-Qur’an jadi membacanya dan sebagainya. Padahal seharusnya ia berhijrah itu karena Allah Swt semata. Allah Swt berfirman :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (TQS. Al-Baqarah [2]:275)
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (TQS. Al-Baqarah [2]:276)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. (TQS. Al-Baqarah [2]:278)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (TQS. Ali Imran [3]:130)
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (TQS. An-Nisa [4]:161)
Baca Juga: Ini yang Disampaikan Ustaz Abdul Somad di Acara hijrah Fest
Sabda Rasulullah Saw :
“Riba itu terdapat 73 pintu (dosa). Dosa paling ringan sederajat dengan orang yang menzinahi ibu kandungnya sendiri. Sedangkan, Riba yang paling besar apabila seseorang melanggar kehormatan saudaranya.” (HR Al Hakim dan Al Baihaqi)
“Rasul melaknat pemakan riba, orang yang menyerahkan riba, pencatat riba dan dua orang saksinya.” (HR Muslim no. 1598)
“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari transaksi riba sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali.” (HR Ahmad dan Al Baihaqi)
Tujuh dosa besar, “Menyekutukan Allah, Sihir, Membunuh jiwa yang haram , Memakan harta anak yatim, Memakan Riba, Melarikan diri dari medan peperangan, Menuduh wanita yang menjaga kehormatannya (bahwa ia telah berzina).” (HR Bukhari no 2766 dan Muslim no.89)
Ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits tersebut adalah larangan melakukan riba dan perintah untuk bertakwa. Seharusnya karena inilah mereka berhijrah bukan karena merasakan tekanan akibat buruk dari riba setelah menggelapkan uang para nasabah, kesulitan yang luar biasa untuk mengembalikan uang para nasabah, ketakutan yang sangat jika harus berpisah dengan istri dan anak, tidak bekerja sehingga tidak bisa menjamin ekonomi keluarga ketika terancam harus masuk penjara dan merasa sangat malu oleh masyarakat dan akibat buruk lainnya. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (TQS. Al-Bayyinah [98]:5). Kalaupun benar terjadi semua yang ditakuti tersebut terimalah itu secara lapang dada, yang terpenting sudah mampu menaati perintah Allah, yakni berhijrah meninggalkan riba -sesuatu yang dilarang oleh Allah- karena riba bisa mengundang murka-Nya. Ketika kita berupaya taat kepada-Nya dengan meninggalkan riba, bersabar untuk taat kepada-Nya dalam bentuk meninggalkan riba, ketahuilah inilah yang sangat berharga dalam hidup. Maka yakinlah Allah pasti menolong. “Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.” (TQS. Al-Baqarah [2]:249). Inilah hijrah yang benar. [ ] Wallahu ‘alam bishowab.
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.