PALESTINA—Musisi-musisi Palestina kini mendapatkan banyak keuntungan semenjak layanan music streaming Spotify meresmikan kehadirannya di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara pekan lalu.
Spotify menjadi perusahaan streaming besar pertama yang meluncurkan program khusus di wilayah Palestina sehingga memungkinkan seniman lokal untuk menjangkau khalayak baru di ranah global.
BACA JUGA: PPS: Sejak Awal 2018 Israel Tangkap 908 Anak Palestina
Seorang penyanyi Palestina bernama Bashar Murad mengatakan sebagai musisi lokal selama ini mereka kerap kesulitan akibat konflik yang mendera negaranya, misalnya beberapa di antara mereka tidak dapat melakukan perjalanan ke luar negara. “Sebagai seniman Palestina, kami menghadapi banyak pembatasan,” kata Murad seperti dilansir Reuters, Minggu (25/9/2018).
Dia mengaku bahwa Spotify berhasil membantu musiknya sehingga dapat didengar lebih banyak pengguna. Sebagai contoh, sejak Spotify Palestina diluncurkan, pengikut bulanan Murad di Spotify meningkat drastis, dari semula hanya 30 menjadi sekitar 6.500 orang.
Satu-satunya hambatan yakni kurangnya layanan seluler berkecepatan tinggi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Hal ini membatasi penggunaan aplikasi tersebut jika penggunanya ingin berpergian. Meski ada beberapa pengguna yang menumpang layanan internet cepat dari Israel.
Wilayah Palestina menjadi satu-satunya pasar Spotify yang tidak memiliki infrastuktur broadband 4G. Tercatat, kawasan Tepi Barat baru meluncurkan layanan 3G pada akhir 2017 lalu, sedangkan Gaza hingga kini hanya memiliki layanan 2G.
BACA JUGA: Israel Berencana Gusur Desa Palestina
“Saya harus berada di rumah atau di kafe atau tempat di mana ada koneksi internet yang bagus untuk dapat mengunggah lagu saya ke Spotify,” kata Mohammed Al-Susi, seorang artis rap dari Gaza yang baru saja mendaftar ke Spotify.
Menurutnya jika Gaza memiliki layanan internet 3G akan sangat membantu para musisi untuk menampilkan karya mereka dengan lebih baik. Susi menyebut selama ini biasanya mereka memposting karyanya di Facebook. []
SUMBER: SOLOPOS | REUTERS