SAUDARAKU,
Allah SWT menganjurkan kepada kita untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan hidupnya selama di dunia, termasuk perilah asupan gizi untuk tubuhnya. Ya, mencari nafkah untuk urusan perut memanglah sangat penting, tapi jangan sampai membuat kita kalap mata, artinya ketika menemukan makanan kita seenaknya saja menyantapnya tanpa memperdulikan kondisi perut yang kekenyangan akibat berlebihan ketika makan.
Saudaraku,
Jangan sampai kita memiliki anggapan bahwa tujuan kita mencari nafkah (uang) hanya untuk memenuhi urusan perut saja. Jika anggapan itu memang ada di pola pikir kita, sebisa mungkin harus diubah. Jangan sampai saat kita menikmati hidangan makanan, kita menjadi kalap dan buta mata, sehingga memasukkan segala macam jenis makanan yang ada di depan mata ke dalam mulut kita semua. Ingat (perut) lambung itu punya hak.
Jika perut itu punya hak, maka siapa yang memenuhi kewajibannya? Ya, tentunya masing-masing individu. Artinya, setiap manusia mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak perutnya masing-masing.
Sesuai sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.”
Saudaraku,
Dalam Islam, hukum orang yang makan sampai kenyang adalah makruh, yaitu perbuatan yang tidak disukai Allah SWT. Akan tetapi, pada beberapa kondisi, kekenyangan hukumnya bisa haram.
Hal itu sesuai dengan keterangan dari Imam Ibnu Hajar, “Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat penuh perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah, membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Bisa jadi hukumnya berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan.” []
Sumber: Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? | Karya: Dr. Faza Khilwan Amna, MMR dan Dr. Hendri Okarisman | Penerbit: Aqwamedika