Oleh: Nur Kholis
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang
HIDUP pada era zaman yang semakin modern ini, tentu berbeda sangat jauh dibanding hidup pada masa Nabi. Problematika yang dihadapinya pun juga tidak sama. Persoalan mengenai penindasan, perbudakan, dan ketidaksetaraan, kini sudah tidak lagi menjadi problem yang sentral dalam kehidupan, termasuk persoalan harkat dan martabat seorang wanita. Bisa dibuktikan melalui femomena maraknya wacana-wacana mengenai kesetaraan gender di berbagai kalangan.
Islam memberikan perhatian yang besar terhadap kaum wanita. Islam mengangkat harkat dan martabat wanita dengan memberikan pendidikan, perlindungan serta hak-hak mereka sesuai fitrah dan kodrat-nya. Perhatian yang besar ini adalah sesuatu yang tidak pernah diberikan oleh ummat manapun sepanjang masa.
Sebelum islam datang, wanita ditempatkan pada posisi yang rendah dan hina. Wanita dianggap sebagai obyek pemuas nafsu atau dengan kata lain komoditas yang dapat diperjual belikan dan tidak mempunyai hak sedikitpun untuk melakukan perlawanan terhadap perlakuan hidup yang sangat rendah itu. Sungguh malang nasib mereka. Bahkan pada masa Arab Jahiliyah, kehadiran wanita dianggap sebagai sebuah kesialan atau aib yang harus dibuang.
Dalam naungan islam, wanita menempati derajat yang tinggi, hak wanita diakui secara sempurna. Terbukti di dalam Al-Qur’an sendiri ada surat yang di beri nama “An-nisa” (Perempuan), namun tidak ada surat yang diberi nama “Ar-Rijal” (laki-laki). Dalam hadits Nabipun disebutkan: Manusia yang berhak dipergauli dengan sebaik-baiknya adalah ibumu..ibumu..ibumu, baru kemudian ayahmu. Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi perempuan (ibu) 3 : 1 daripada laki-laki (ayah). Hadits Nabi yang lain juga disebutkan : “Wanita adalah tiang negara, jika wanita baik maka baiklah negara, dan sebaliknya jika wanita tidak baik, maka rusaklah negara”. Begitu pentingnya peran wanita dalam islam, sehingga pengaruhnya tidak hanya dalam lingkup keluarga saja, namun juga sampai membentuk karakter suatu negara.
Wanita tanpa islam layaknya bunga di tepi jalan. Tak ada yang melindungi. Setiap saat mata-mata nakal bebas memandangnya dengan buas dan begitu mudahnya dipetik oleh tangan-tangan jahil berhati serigala. Setelah puas, bungapun dicampakkan begitu saja di jalanan. Sekarang manakah yang akan dipilih oleh para wanita muslimah? Menjadi permata ataukah bunga di tepi jalan. Wallahu a’lam. []
Kirim RENUNGAn Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos