AIR zam-zam punya khasiat yang tidak kita temui dalam air lainnya. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya, “Apakah ada hadits shahih yang menjelaskan mengenai khasiat air zam-zam?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Telah terdapat beberapa hadits shahih yang menjelaskan mengenai kemuliaan air zam-zam dan keberkahannya.
Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut air zam-zam,
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ
“Sesungguhnya air zam-zam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan.”
BACA JUGA: Siapakah yang Pantas Disebut Ulama?
Namun jika membahas soal keutamannya, sebagian ulama menyebutkan bahwa air itu mempunyai nilai keutamannya yang bertingkat. Banyak ulama Hanafiyah dan Syafiiyah yang membuat urutan tingkat keutamaan beberapa jenis air.
Para ulama tersebut mengatakan, air yang paling afdhal adalah air yang pernah keluar dari jari-jari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian air zam-zam, lalu air telaga Kautsar, lalu air sungai Nil, kemudian air dari sungai lainnya.
As-Subki, salah satu ulama Syafiiyah, membuat syair yang menyimpulkan mengenai urutan nilai kemuliaan air,
وأفضل المياه ماء قد نبع *** من بين أصبع النبي المتبع
يليه ماء زمزم فالكوثر *** فنيل مصر ثم باقي الأنهر
Air yang paling afdhal adalah air yang keluar dari jari-jari Nabi sang panutan shallallahu ‘alaihi wa sallam..
Kemudian air zam-zam, lalu al-Kautsar, lalu air sungai Nil, kemudian air sungai lainnya. (I’anah at-Thalibin, 2/316).
Menurut al-Bulqini, al-Haitami, dan para ulama Syafiiyah lainnya, air Zam-zam lebih afdal dari air telaga al-Kautsar lantaran air itulah yang dipilih oleh Malaikat Jibril untuk menyucikan hati Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam di malam Isra dan Mikraj.
Sedangkan mengenai mukjizat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bisa mengeluarkkan air dari tangan beliau, disebutkan dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan,
“Para sahabat pada peristiwa perang Hudaibiyah mengalami kehausan. Ketika itu di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada wadah berisi air, beliau pun berwudhu. Para sahabat menghampiri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan wajah-wajah yang tampak kesusahan dan kesedihan.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Ada apa dengan kalian?’
‘Wahai Rasulullah, Kami tidak memiliki air untuk berwudhu, tidak pula untuk minum selain air yang ada di hadapanmu.’ Jawab kami.
BACA JUGA: Perbedaan Pendapat Ulama Soal Jumlah Jemaah Shalat Jumat
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan beliau ke dalam bejana, seketika itu air memancar deras dari sela-sela jari jemari beliau seperti mata air, kami segera minum dan berwudhu dengan air itu.”
Jabir ditanya, “Berapa jumlah sahabat ketika itu?” Jabir menjawab, “Seandainya jumlah kami seratus ribu, niscaya air itu mencukupi kami. Ketika itu jumlah kami seribu lima ratus orang.” (HR. Bukhari).
Kesimpulannya, air yang lebih mulia dibandingkan zam-zam adalah air yang keluar dari jemari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Allahu a’lam. []
SUMBER: KONSULTASI SYARIAH