SEORANG kawan hendak mendirikan sekolah. Dia meminta saya untuk membantunya. Pertanyaan yang dia ajukan, “apa yang harus pertama kali saya siapkan, Bu Wid?”
“Guru”, jawab saya. “Lho, gedung gimana?”, tanyanya penasaran.
“Seandainya dirimu memiliki guru yang mendidik dari hati, gedung beratapkan langit dan berlantaikan tanah pun maka akan dia bangun murid-muridnya dengan kesungguhan”, tukas saya.
BACA JUGA:Â Ini Cara Memuliakan Guru Menurut Aa Gym
“Tak ada kertas, hanya bermodalkan apa yang ada di alam pun, akan dia jadikan murid-muridnya manusia yang berguna di masa depan”.
Dua tahun lalu datang beberapa calon guru melamar ke sekolah kami. Mereka lulusan sebuah perguruan tinggi kenamaan. Ketika saya sampaikan bagaimana prosedur kerja guru di sekolah kami, tak ada buku paket dan LKS, mereka bingung bukan main.
“Tanpa Buku Paket dan LKS lalu kami mengajar apa?”, begitu tanyan mereka. “Kami kira sekolah ibu sekolah biasa, sepertinya kami tidak jadi bergabung disini”, tandas mereka.
“Memang sekolah kami bukan sekolah biasa, tapi bukan SLB”, ujar saya seraya tertawa.
LKS itu apa? LKS itu Lembar Kerja Siswa. Buku Paket adalah Buku Pegangan Siswa untuk belajar. Apakah ini alat yang guru harus miliki? Mengapa calon guru begitu risau ketika mengetahui di sekolah kami tak pakai buku paket dan LKS? Karena mereka tak tahu bagaimana cara lain untuk mendidik.
BACA JUGA:Â Perjuangan Guru Honorer Mengajar di Pedalaman
Tak ada mata kuliah mendidik dari hati di perguruan tinggi. Sehingga yang ditanyakan adalah bagaimana kami menyampaikan materi, bagaimana nanti memberikan nilai angka, apa yang akan dijawab jika orangtua nanya kisi-kisi soal? Dan sebagainya.
Guru harus memiliki “hati” untuk bisa mendidik sampai ke hati. Harus melibatkan “jiwa” untuk bisa menyentuh jiwa. Kami bangga pada murid yang berkata, aku tidak suka makan pepaya tapi aku mau mencoba. Aku belum bisa menggambar peta, tapi aku akan mencoba. Karena guru-guru mereka mengajar dengan cinta. Tak ada label, tak membandingkan, tak memaksakan. Semua anak diterima.
Guru yang “luar biasa” tak butuh buku paket dan LKS untuk membuat muridnya mampu memahami dirinya, memahami oranglain, menempatkan dirinya di muka bumi dengan menjadi sebaik-baik manusia. []
Oleh: Widianingsih Idey Widia