ISRAEL—Israel telah menyaksikan gelombang protes soal kenaikan harga listrik, air, gas, makanan, asuransi, dan pajak properti dalam beberapa bulan terakhir.
Terinspirasi oleh gerakan ‘rompi kuning’ Perancis, ratusan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Tel Aviv pada Jumat (14/12/2018) pekan lalu untuk menyalahkan rezim Israel atas meningkatnya biaya hidup.
BACA JUGA: Australia Resmi Akui Yerusalem Barat sebagai Ibukota Israel
Menurut laporan LSM Latet, 53 persen keluarga Israel yang dikategorikan sebagai warga miskin tidak memiliki cukup makanan, sementara 72 persen khawatir persediaan makanan mereka akan habis sebelum dapat gaji lagi.
Menurut laporan, 71 persen penerima bantuan di Israel berutang, 49 persen dalam proses penyitaan dan lebih dari setengahnya tidak memiliki akses ke perbankan.
Anggota parlemen Israel Ayelet Nahmias-Verbin menggambarkan angka-angka itu sebagai “aib” bagi rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Laporan ini membuktikan sifat pemerintah yang sangat lemah yang menderita kebutaan pilihan – tidak ada kemacetan lalu lintas dengan mobil-mobil baru atau jalur di Bandara Ben-Gurion dapat menyembunyikan rasa malu yang memalukan dari satu juta anak yang hidup miskin,” kata Verbin.
BACA JUGA: Ratusan Yahudi Israel Desak Netanyahu Mundur
“Siapa pun yang tidak mengerti arti sejuta anak yang kelaparan, Anda cukup menyaksikan pemandangan mengerikan seperti perut anak-anak yang buncit karena jarang makan, sedangkan Anda tidak pernah mencoba memecahkan masalah dan kesenjangan social,” tambah Verbin.
SUMBER: PRESSTV