TIDAK masuknya nasihat ke hati seseorang, bukanlah semata mata karena hatinya yang keras atau ia enggan diberikan nasihat. Tetapi bisa jadi karena si penasihat tidak memperhatikan akhlak ketika menyampaikannya.
Nasihat dan kalimat-kalimat dakwah adalah diibaratkan seperti obat yang pahit. Karenanya diperlukan kapsul untuk meminumnya agar ia tidak terasa getir, dan kapsulnya itu adalah cara atau metode menyampaikan nasihat
Di antara adab memberikan nasihat adalah sebagai berikut;
1. Ikhlas dalam menyampaikannya
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya amalan seseorang itu tergantung niatnya.“ Dalam riwayat lain Nabi SAW bersabda “نية الؤمن خير من عمله“ Niat seseorang itu lebih baik dari perbuatannya.
Janganlah ketika seseorang memberikan nasihat, ia menampakkan diri sebagai orang yang lebih baik sehingga menimbulkan jarak antara yang berdakwah dan yang didakwahi. Atau merasa diri paling suci.
Allah berfirman, “Janganlah kamu merasa paling suci, karena Ia yang paling tahu siapa yang paling bertaqwa.“
Nasihat yang lahir dari hati yang tulus dan tidak menggurui, akan mudah menyentuh kalbu yang rindu akan mutiara mutiara kehidupan berupa nasihat yang bijak dan manfaat.
2. Jangan menasihati seseorang di depan umum
Nasihatilah sahabatmu dalam kesendirian. Panggillah ia dan utarakanlah nasihatmu empat mata saja. Maka itu akan membuat hatinya tunduk untuk menerima kata hikmah yang meluncur dari lisanmu.
Imam Syafi’I mengingatkan kita semua tentang adab memberikan nasihat. Berikut tutur beliau dalam syairnya:
تغمدنى بنصحك فى انفرادى # وجنبنى النصيحة فى الجماعة
فإن النصح بين الناس نوع # من التوبيخ لا أرضى استماعه
وإن خالفتنى وعصيت قولى # فلا تجزع إذا لم تعط طاعة
“Sampaikan nasihatmu kepadaku saat aku sendirian
Dan jangan sampaikan nasihat itu kala banyak orang.
Karena menyampaikan nasihat di hadapan banyak, adalah salah satu bentuk pelecehan yang aku tidak suka mendengarnya.
Apabila saran dan ucapanku ini tidak kau perhatikan,
janganlah menyesal jika nasihatmu tidak di patuhi.”
3. Jangan terlalu sering memberikan nasihat
Nasihat yang terlalu sering diberikan bisa menjadikannya tidak membekas di hati. Karenanya aturlah waktu dalam memberikan nasihat.
Atur juga panjang dan pendeknya sebuah nasihat, karena nasihat yang terlalu banyak bisa menyebabkan orang yang didakwahi overdosis lalu akhirnya berlari jauh dari orbit kebaikan.
Ulama berkata, “ الكلام كالدواء إن أقللت منه نفع وإن أكثرت منه قتل “ Perkataan itu seperti obat, jika sedikit ia bermanfaat dan jika banyak ia bisa membunuh.
Orang Arab juga berkata, “خير الكلام ما قل ودل“ Sebaiknya baiknya perkataan adalah yang sedikit namun punya makna.
Hati itu juga seperti lambung yang diisi makanan. Jika ia terlalu banyak diisi, maka ia akan terlalu kenyang dan sulit untuk di isi kembali.
4. Kuatkan nasihatmu dengan ibadah
Sebuah nasihat akan menyentuh hati jika ia juga bersumber dari hati. Dan sebuah nasihat akan mudah di terima jika si penasihat menguatkan nasihatnya dengah ibadah-ibadah hariannya.
Pendakwah yang jarang membaca Al Quran, maka nasihatnya akan kering dan gersang serta tidak mampu membasahi kalbu.
Penasihat yang sulit shalat malam, maka nasihatnya hanya mampu menyentuh daun telinga. Andaipun masuk dari telinga kiri, ia akan segera keluar melalui telinga kanan.
Bukankah Allah memerintahkan Nabi SAW untuk bangun di akhir akhir malam dan membaca a Al Quran sebelum ia menyampaikan kalimat-kalimat dakwahnya? Agar cair hati yang membeku. Agar lembut kepala yang membatu, dan agar ikhlas telinga untuk mendengarnya.
5. Sampaikanlah nasihat dengan penuh kelembutan
Perangilah manusia dengan cinta demikian disampaikan dalam sebuah riwayat. Allah swt berfirman, “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.“
Tidak mungkin kita bisa merubah kemungkaran dengan kemungkaran. Hati yang keras hanya bisa dilembutkan dengan nasihat dan kata-kata yang santun.
Jangan sampai ketika kita merubah kemungkaran akan timbul kemungkaran yang lebih besar. Bahkan Nabi SAW tidak langsung menghancurkan patung-patung di sekeliling kabah di awal-awal dakwah. Namun ia menghancurkannya saat penaklukan kota Mekkah, seraya berkata, “Seandainya umatku tidak baru dengan kemusyrikannya pastikanlah aku akan hancurkan patung patung ini.“
Bahkan ayat yang pertama kali turunpun tidak menyinggung tentang budaya minuman keras yang demikian kental terjadi di masyarakat Arab. Seandainya ayat itu yang turun, maka pastilah mereka akan menolak Islam dengan serta merta.
Ustadz Jum’ah Amin dalam fiqh dakwahnya mengingatkan kita bahwa dakwah itu adalah,
التيسير لا التعسير “Memudahkan bukan menyulitkan.“
التربية لا التعرية “Mendidik bukan menelanjangi.“
التأليف قبل التعريف “Mengikat hati sebelum mengenalkan dakwah.“
الترغيب لا الترهيب “Memotivasi bukan menakut nakuti.“
التعريف قبل التكليف “Mengenalkan dakwah sebelum memberi beban.” []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M