MULA-mula kau punya satu ember penampung harta. Ukurannya
mini. Lalu kau isi dengan kerja keras, kasih sayang, dan
keiklasan. Kau dapati ember yang penuh dengan syukur. Beberapa
tahun kemudian kau tak puas.
BACA JUGA: Puisi Suami Istri
Kau ganti dengan ember yang
lebih besar. Kau isi dengan kerja keras, keinginan dan sedikit
keserakahan. Embermu mulai membuncit.
Akhirnya meledak mengenai mukamu. Kau ditertawai.
Diminta sadar diri. Kau marah. Kau berjanji akan lebih.
Dan kau menyiapkan ember paling besar. Semua waktumu,
kekuatanmu, hati dan pikiranmu kau pakai untuk mengisi ember.
Embermu terus membengkak mengikuti tamak yang terus
merangkak. Serakah terus menghapus sedekah.
Kau tak sempat untuk berzakat.
BACA JUGA: Muda Berani Gagal
Diam-diam embermu bocor
di dasarnya. Isinya terus-menerus keluar
tanpa pernah kau pagar. Teman dekat, anak-istri,
dan sesiapa didekatmu mulai mengisap pelan-pelan
isinya yang bocor tanpa pernah kau sadar.
Berapa banyak isi ember yang bakal kau bawa kelak? []
Kirim puisi-puisi religi Anda ke imel: islampos@gmail.com. Sertakan data diri dan foto.