WIDJO Kongko, perekayasa di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengungkapkan dugaan penyebab tsunami di pantai-pantai Selat Sunda kemarin. Menurutnya, penyebab tsunami yang menyebabkan ratusan korban jiwa tersebut diduga karena longsoran di sekitar lereng Gunung Anak Kratau akibat adanya fase erupsi dan juga hujan dengan curah tinggi.
Widjo mengatakan hal ini di kediamannya, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Jogjakarta, Rabu (26/12).
“Lereng anak Krakatau runtuh dan menyebabkan tsunami. Kan kalau runtuh lautnya bergelombang,” ujarnya.
BACA JUGA: Kiai Maruf Amin Ikuti Salat Gaib Korban Tsunami Selat Sunda di Pandeglang
Peneliti yang pernah diminta klarifikasi oleh Polda Banten karena dianggap meresahkan masyarakat atas pernyataannya soal tsunami pada April silam ini menyampaikan, sewaktu fase erupsi Anak Krakatau juga terdapat gempa tremor dan ditambah curah hujan yang tinggi. Namun dirinya belum mengetahui luasan longsoran yang terjadi.
“Cuma kalau dari satelit luasannya sekitar 60 hektare. Untuk kedalamannya saya belum tahu, tapi perkiraannya antara 100 sampai 150 juta kubik yang ambrol. Sekitar pukul 20.55 hampir jam 9 (malam) yang terekam di seismograf Jerman dan BMKG,” ungkapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Mitigasi Bencana Persatuan Insinyur Indonesia (PPI) itu juga mengatakan, setelah longsor secara logika di lereng Anak Krakatau akan lebih curam. Karena longsoran itu menyebabkan ketidakstabilan yang baru.
“Itu bisa longsor berikutnya, makanya sekarang sepakat daerah itu masih rawan. Fase erupsi terus masih ada hujan. Longsoran bisa lebih besar atau lebih kecil. Saya tidak tahu, jadi potensinya ada,” kata pria lulusan S3 Leibniz University Hannover Jerman itu.
BACA JUGA: Tsunami Selat Sunda, Pemprov Banten Tetapkan Tanggap Darurat Bencana
Atas potensi adanya longsoran susulan yang bisa menimbulkan tsunami itulah, Pemerintah bersepakat bahwa daerah pantai-pantai di sekitar Selat Sunda masih berbahaya. Masyarakat sekitar diimbau tidak beraktivitas di sekitar pantai. “(Sampai kapan?) Saya kira dilematika. Kita seperti menunggu fenomena alam berjalan. Ya kita menunggu,” ucapnya.
Untuk diketahui, Widjo pernah diminta klarifikasi oleh Polda Banten atas pernyataan mengenai potensi terjadinya tsunami besar di pantai sekitar Selat Sunda pada April silam. Klarifikasi tersebut dilakukan karena paparan ilmiahnya dalam sebuah seminar diduga meresahkan masyarakat dan dikhawatirkan mempengaruhi investor maupun kegiatan ekonomi di sana. []
SUMBER: JAWAPOS