UMAR bin Abdul Aziz disebut oleh para ulama sebagai khulafaur rasyidin ke-5, karena kesamaan manhaj kepemimpinan pada masa beliau. Namanya Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz Marwan bin Al-Hakam. Seorang pemimpin dari generasi tabi’in. Lahir di Halwan Mesir tahun 61 H. Dibai’at menjadi kholifah pada saat wafat sauadara sepupunya Sulaiman bin Abdul Malik pada tahun 91.
Pada saat dibai’ah Umar bin Abdul Aziz berpidato:” Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada kitab sesudah Al-Qur’an dan tidak ada nabi sesudah Muhammad SAW. Saya bukanlah qodhi (hakim), tetapi saya adalah pelaksana, saya bukanlah tukang bid’ah tetapi pengikut setia. Dan saya bukanlah yang terbaik di antara kalian, tetapi saya adalah yang paling berat tanggungjawabnya di antara kalian. Orang yang lari dari imam yang zhalim, bukanlah kezhaliman. Ingatlah tidak ada ketaatan pada mahluk dalam kemaksiatan pada Kholik”.
BACA JUGA: Zaman Khalifah Umar, Ada Gubernur yang Masuk Daftar Warga Miskin
Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin yang sangat waro’, zuhud, bersih dan peduli pada umat. Istrinya menceritakan bahwa pada suatu hari sedang di kamar tidur, dan ingat tentang akhirat. Maka beliau gemetar seperti burung dalam air, duduk dan menangis. Sedangkan perhatiannya kepada umat sangat besar, ketika akan istirahat siang sejenak, karena capai melaksanakan tugas, anaknya memberi nasihat: “Apakah ayah menjamin umur ayah akan panjang sesudah istirahat sehingga menunda banyak urusan yang harus diselesaikan?” Umar bin Abdul Aziz tidak jadi istirahat dan langsung meneruskan tugasnya.
Umar bin Abdul Aziz menjadi kholifah hanya dua tahun lebih. Tetapi pada masa itu sangat banyak kesuksesan yang beliau lakukan. Beliau yang menghapuskan caci maki terhadap imam Ali dan keluarganya pada saat khutbah Jum’at dan diganti dengan surat An-Nahl 90. Dan khutbah jum’at sampai sekarang membaya ayat itu mengikuti sunnah yang baik dari Umar bin Abdul Aziz. Beliau juga menolak Nepotisme dari keluarganya Bani Umayyah.
Dalam masalah ilmu dan kekhusuan, Umar bin Abdul Aziz adalah termasuk ulama panutan. Berkata Maimun bin Mahran: “Para ulama dihadapan Umar bin Abdul Aziz menjadi murid, beliau adalah gurunya para ulama.” Di masa beliaulah penulisan hadits-hadits Rasul saw dilakukan. Sehingga berkembanglah tadwin hadits dan penulisan buku hadits.
BACA JUGA: Ketika Khalifah Umar Mengaku Salah di Hadapan Seorang Wanita
Sedangkan ibadahanya sangat menyerupai Rasul shalallahu alaihi wasallam. Anas bin Malik ra. berkata: “Saya tidak sholat berjamaah bersama imam, yang lebih menyerupai sholatnya Rasul daripada sholat bersama pemuda ini (Umar bin Abdul Aziz), ketika beliau di Madinah.” Anas meneruskan:” Beliau menyempurnakan ruku’ dan sujud dan memendekkan berdiri dan baca Al-Qur’an.” []