BENCANA tsunami yang terjadi di Tanjung Lesung pada 22 Desember lalu mengakibatkan ratusan orang menjadi korban. Salah satunya, yang menimpa komedian Ade Jigo dan keluarganya.
Grup Komedian Jigo diketahui turut menjadi korban dalam peristiwa tsunami Selat Sunda yang menerjang Tanjung Lesung, Banten, Sabtu (22/12/2018) lalu. Salah satu personelnya, Aa Jimmy, beserta istri dan dua anaknya meninggal dalam peristiwa tersebut. Sedangkan, personel Jigo lainnya, yakni Ade berhasil selamat. Namun, dia juga kehilangan istrinya dalam peristiwa itu.
BACA JUGA: Seventeen dan Tsunami Selat Sunda
Baru-baru ini Ade menceritakan kembali pengalamannya kala peristiwa tak terduga itu terjadi menimpanya. Ia menjelaskan kronologi awal bencana tersebut terjadi sampai keajaiban yang dialaminya hingga ia berhasil selamat.
“Secara firasat enggak ada. Pada saat kejadian 21.05 WIB itu, Jigo (Ade dan Aa Jimmy) sudah present Seventeen dan sudah turun (dari panggung). Memang kita sudah closing dan pada saat turun, saya sempat ke backstage untuk beres-beres, saya ambil anak saya mau saya ajak jalan-jalan ke depan panggung sambil nonton Seventeen,” ucapnya mengawali pembicaraan.
Saat itu, istrinya, Meyuza, sedang menyuapi makanan kepada anak sulungnya yang berusia 4,5 tahun. Kemudian, dia diminta oleh istrinya untuk mengajak kedua anaknya menonton band Seventeen di depan panggung.
“Yah, nih ajak anak-anak ke depan untuk nonton, Bunda makan dulu,” kata Ade menirukan perkataan istrinya, “Itu omongan terakhir ke saya dan dia sendiri enggak ada obrolan apa-apa,” sambungnya.
Sebelum tsunami menerjang, Ade Jigo mengaku bahwa pembantunya sempat diajak bicara oleh istrinya. Meyuza berkata bahwa dia sempat melihat puncak gunung Anak Krakatau berwarna merah. Namun, pembantunya tidak tahu bahwa warna tersebut merupakan luapan dari dalam kawah.
“Kita enggak kepikiran kalau itu meletus,” tutur Ade.
Kemudian sekitar pukul 21.20.WIB, saat Seventeen akan menyanyikan lagu kedua, Ade dan anak bungsunya yang masih berusia 2,5 tahun berada di depan panggung sembari berjalan-jalan keliling area sekitar.
Sementara itu, Aa Jimmy dan istrinya sedang makan malam di belakang panggung bersama Meyuza. Sedangkan anak sulung Ade, sudah dibawa oleh pembantunya untuk ikut menonton penampilan Seventeen.
“Pada saat saya mau kasih tahu, mau balikkan badan itu, saya sudah lihat air datang. Namun, posisi air itu ya, kurang lebih 2 meter, bukan yang tinggi ya, karena saya posisi di samping,” terangnya, “Saya lari, orang sudah banyak yang teriak ‘Air! Air!’. Lari lima langkah, saya sudah kegulung (sama air). Saya sama anak saya pelukan, gimana caranya saya selamat sama anak saya dan kegulung tuh kurang lebih lima menit. Saya sudah sentuhan macam-macam, ada besi, tembok, kayu, dan mohon maaf, ada manusia juga,” lanjut Ade.
Setelah gelombang air mulai tenang, Ade dan anaknya masuk ke dalam suatu ruangan. Di tempat itu dia memegang seutas tali yang melintas persis di depannya.
“Kemudian, saya ambil tali untuk naik ke permukaan biar anak saya bisa bernapas karena memang lama di dalam air sama saya, saya pun naik ke atas, saya pegang plafon atasnya itu ternyata tembok,” jelasnya.
Kemudian, di dalam ruangan tersebut, ia tidak mendengar orang menangis, meminta tolong, menjerit, bahkan berteriak. Ia hanya mendengar banyak orang berdoa, istighfar, dan ada yang sedang berceramah. Ade pun merasa mendapatkan pengalaman spiritual selama berada di tempat tersebut.
BACA JUGA: Apoy Wali Ceritakan Kondisi Jenazah Aa Jimmy saat Ditemukan di Tanjung Lesung
“Itu ada laki-laki dan perempuan kayak orang ceramah. Saya dengerin itu, saya sedikit lihat bayangan orang kepalanya tuh kayak menghadap ke sana semua (sumber suara), termasuk saya sama anak saya dengerin. Enggak lama, pintu yang muat satu orang itu kebuka, tapi ke dalam melawan arus. Ya, secara nalar enggak masuk akal, harusnya pintu kebuka ke luar,” ungkapnya.
Kendati masih merasa takjub atas pengalaman yang menimpanya itu, Ade akhirnya dapat keluar dari tempat yang rupanya merupakan sebuah gorong-gorong itu dengan selamat.
“Ini melawan arus karena air kan dari dalam kan, ini ke dalam. Itu kalau orang sudah takut, sudah panik, itu berebutan kan (keluar lewat pintu), ini enggak. Satu antre, bapak yang pertama tuh di depan saya lihat dia keluar, baru saya yang kedua. Saya minta tolang ke bapak yang tadi, ‘Pak, tolong pegangin anak saya, saya sudah enggak kuat’, saya bilang gitu. Bapak itu megangin, baru saya keluar,” pungkasnya. []
SUMBER: SUARA