HARI itu tiba-tiba saja orang-orang Mekkah melihat suatu kerumunan yang tidak biasanya. Orang-orang berkumpul di tempat ramai. Beberapa orang mencibir ketika mengetahui siapa yang tengah dikerumuni oleh orang-orang itu. Dialah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Orang-orang Quraisy bahkan melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah ketika itu adalah suatu hal yang sangat menyinggung harga diri mereka. Salah seorang dari mereka berkata, “Hm, dia tengah berusaha mengubah agama kita semua…”
Rasulullah memang tengah menyeru orang untuk beralih ke agama Allah dan iman kepadaNya. Tak ada teman, tak ada pendukung. Bahkan banyak di antara orang-orang itu yang menertawainya. Orang-orang Quraisy itu menolak apa yang disampaikan oleh Rasulullah.
Rasulullah berdiri di tengah-tengah kerumunan itu. Ia berseru, “Wahai semua orang, ucapkanlah la ilaha illallah. Niscaya kalian akan beruntung…”
BACA JUGA: Dakwah Rasulullah Ubah Manusia Sesat Menjadi Umat Terbaik
Orang-orang tertawa kembali. Tiba-tiba beberapa di antara mereka seperti dikomando menghampiri beliau, dan meludahi wajahnya. Rasulullah tertegun. Belum hilang ketertegunnya, ada yang menghamburkan debu ke badan beliau. Mereka terus mengolok-oloknya sampai matahari benar-benar di atas kepala.
Rasulullah hanya menarik nafas panjang. Ketika orang-orang sudah meninggalkannya, seorang perempuan elok tergopoh-gopoh menghampirinya. Ia membawa sebuah bejana berisi air. Perempuan itu adalah Zainab, putri Rasulullah. Zainab tampak menangis melihat apa yang menimpa ayahnya.
Rasulullah memeluk Zainab. Ia merasakan kepedihan Zainab, “Putriku,” ujarnya, “Usah kamu menangis. Sesungguhnya Allah selalu melindungi ayahmu ini…”
Zainab kemudian dengan penuh kesabaran membersihkan badan dan wajah Rasulullah. Hari itu memang terasa berat. Rasulullah mendapat perintah langsung dari Allah Azza Wa Jalla untuk menyebarkan dakwah secara terang-terangan, tidak lagi sembunyi-sembunyi. Selama ini memang hanya orang-orang tertentu saja yang ia dakwahi.
Kaum Quraisy sendiri tampaknya cukup terkejut dengan kemunculan Rasulullah di tempat ramai itu dan kemudian menyebarkan ajarannya. Selama ini benarlah kecurigaan mereka. “Muhammad memang ingin mengubah agama nenek moyang kita…” ujar salah seorang dari mereka.
Kebencian Kaum Quraisy kepada Rasulullah membawa mereka pada suatu hari. Semua berkumpul dan mereka membicarakan Rasulullah. Saat itu mereka sedang duduk di Kabah dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sedang melakukan shalat di dekat makam Nabi Ibrahim. Tiba-tiba salah seorang dari mereka, Uqbah bin Muith bangkit menghampiri Rasulullah. Serta-merta dia mengalungkan selendang ke leher Rasulullah dan menariknya keras-keras, hingga beliau terjerambab jatuh ke tanah. Rasulullah tidak bangun-bangun lagi. Tampaknya beliau mengalami benturan yang cukup hebat.
Orang-orang Quraisy bersorak-sorak. Mereka mengira Rasulullah sudah mati. Saat itu datanglah Abu Bakar dengan terburu-buru. Ia melihat apa yang dilakukan Uqbah terhadap Rasulullah. Semua orang meminggir demi melihat Abu Bakar. Mereka semua terdiam hanya memandangi.
Abu Bakar langsung memberikan pertolongan terhadap Rasulullah. Ia memegang ketiak Rasululah dari belakang untuk membantunya. Ia memandangi kaum Quraisy dan berkata, “Apakah kalian hendak membunuh seseorang yang mengatakan Tuhanku adalah Allah?”
BACA JUGA: Cara Abu Bakar Membentuk Keluarganya untuk Dakwah
Tidak ada yang menjawab. Orang-orang Quraisy itu cukup segan terhadap Abu Bakar. Akhirnya kemudian mereka menyingkir. Peristiwa itu belum bisa dilupakan oleh Rasulullah, namun tidak ada tanda ia menyimpan dendam terhadap Uqbah bin Muith.
Rasulullah masih terus menyeru orang-orang secara terang-terangan selama belum ada perintah dari Allah SWT, tidak ada alasan baginya untuk berhenti berdakwah.
Satu hari, Rasulullah berada di mesjid. Selain beliau, di situ juga ada Abu Jahal, Syaibah, Utbah dan Uqbah bin Muith, Umayyah bin Khalaf, dan dua orang lainnya. Jumlah mereka ada tujuh orang. Namun Rasulullah tidak begitu mempedulikannya. Rasulullah shalat, dan ketika beliau bersujud—ia memanjangkan sujudnya—ia mendengar Abu Jahal berkata, “Siapakah di antara kalian yang ingin mendatangi domba-domba Bani Fullan dan membawa kotorannya ke sini untuk ditimpukkan pada Muhammad?”
Mendengar itu, Uqbah menyeringai. Ia setidaknya sudah membuat “prestasi” dengan mencekik Rasulullah menggunakan selendang tempo hari. Ia berdiri mengambil kotoran domba dan langsung dengan sebat melemparkannya ke pundak Rasulullah yang sedang sujud.
Semua orang tertawa melihat itu. Sedang beberapa orang pengikut Rasulullah hanya berdiri dan memandang saja tanpa bisa berbuat apa-apa. Ketika itu datanglah Fatimah, putri Rasulullah. Ia serta-merta membersihkan kotoran itu. Kemudian ia mendatangi orang-orang Quraisy. Dengan berani Fatimah mencaci-maki mereka. Melihat Fatimah sedemikian rupa, orang-orang Quraisy tidak berani kembali untuk untuk berbuat sesuatu.
Ketika itu shalat Rasulullah usai. Ia mengucapkan salam. Beliau mengangkat kepala sebagaimana lazimnya orang yang usai salat. Dari mulutnya terdengar lirih ucapan, “Ya Allah, kepadaMu kuserahkan mereka. Kuserahkan orang-orang Quraisy, kepadaMu kuserahkan Utbah, Uqbah, Abu jahal dan Syaibah..”
BACA JUGA: Dakwah Itu Mendatangi
Semua orang yang ada di dekatnya tertegun mendengar ujaran Rasulullah. Rasulullah mengulangi hingga sampai tiga kali dengan doa yang sama. Orang-orang di dekatnya tidak menyangka bahwa hati Rasulullah sedemikian rupa kasihnya. Ia mendapat perlakuan begitu buruk dan hina, namun ia masih tetap mendoakan orang-orang yang memusuhinya. Semua orang tertunduk.
Mereka merasa masih harus banyak belajar kepada Rasulullah dalam dakwah ini. Menyayangi orang yang memusuhi kita, alangkah beratnya. Namun apalah jadinya jika dakwah harus terus-menerus dilakukan dengan kekerasan? Untuk beberapa hal, ada yang hanya bisa disentuh dengan kasih sayang. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasulullah tidak akan pernah berhenti untuk menghampiri kerumunan orang-orang mengajaknya dengan lembut dan penuh kasih agar ikut meyakini Allah. []