“Dua orang lebih baik dari seorang, tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang. Tetaplah kamu dalam jamaah. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah).” (HR. Abu Dawud).
MAHA Agung Allah Yang Menciptakan manusia dengan berbagai sifat dan karakternya. Ada yang pendiam, periang, pemarah, dan perasa. Seribu satu kepribadian pun muncul bersamaan dengan tumbuhnya sosok seorang anak manusia. Tapi semua perbedaan itu, bukan alasan untuk tidak bisa hidup dan berkerja sama.
Jangan seperti domba yang rela dimakan srigala
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah memberi wasiat agar seorang muslim senantiasa hidup bersama saudaranya. “Sesungguhnya srigala hanya memakan domba yang tercecer dari kelompoknya.” (Al-Hadits).
BACA JUGA: Ternyata Bukan Hanya Manusia yang Membantu Nabi Isa Berperang di Akhir Zaman Kelak
Sudah menjadi hal alami kalau srigala memangsa domba yang sendiri. Karena dengan cara itulah sasaran tak punya pertahanan. Lemah. Sebaliknya, juga menjadi hal alami kalau domba selalu ingin bersama rombongannya. Tapi, karena sesuatu hal, seekor domba bisa tercecer.
Banyak sebab kenapa domba bisa terlepas dari rombongan. Mungkin karena domba memang lemah. Ia tidak bisa mengikuti gerak lincah kawan-kawannya. Sebab kedua, sang domba sedang sakit. Tak ada yang lebih nyaman buat yang sakit kecuali diam beristirahat. Dan sebab ketiga, sang domba terlalu lincah sehingga kerap meninggalkan rombongannya.
Dari sekian keadaan, sendiri tak pernah menguntungkan domba. Sama saja, apakah sang domba dalam keadaan lemah, atau sangat kuat sekali pun. Karena yang menjadi perhitungan sang srigala bukan lemah atau kuatnya. Tapi, karena kesendirian itu.
Ada keberkahan dalam kebersamaan
Sebagian besar aktivitas hidup Rasulullah SAW, berada dalam kebersamaan. Mulai dari shalat wajib yang tidak pernah tertunaikan kecuali dalam kebersamaan, hingga pada soal makan. Karena dari kebersamaan, ada keberkahan.
Keberkahan merupakan nilai tambah pada suatu nikmat, dari segi jumlah dan atau mutu. Jumlah menjadikan nikmat terus bertambah banyak. Nyaris tak pernah kurang, apalagi habis. Selalu tambah dan tambah. Dan mutu, memberikan nikmat punya nilai tambah psikologis. Ada ketenangan dan kepuasan. Sesuatu yang tampak sedikit, karena keberkahan, akan terasa cukup. Bahkan, lebih.
BACA JUGA: Jamaah Mendapatkan Ucapan Salam, Apakah Harus Menjawab Semua?
Syarat keberkahan dalam kebersamaan ada dua: beriman dan bertakwa. Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 96. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi….”
Dengan nilai berkah, musibah yang terkesan merugikan pun akan terasa ringan. “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 2: 155-156). []