Depok–Kelompok Studi Ekonomi Islam Islamic Economic Forum (KSEI IsEF) Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI kembali menghadirkan para tokoh kebanggaan Indonesia dalam mewujudkan pembangunan Indonesia lebih baik. Sabtu, (11/03) dalam serangkaian acara Islamic Economic Day (IED) II 2017 menghadirkan Dr. Ing Ilham Akbar habibie, selaku MBA CEO dan Direktur Itthabi Rekatama beserta Mohd Nasir Jajang, S.Ag., M.Si selaku Direktur DPRDN Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Acara yang bertajuk “Potentials of Halal Industry to Support the Growth of National Economy.” dimoderatori oleh Abdi Triyanto, SE.. MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Bisnis Syariah STEI SEBI. Pada sesi pertama Dr. Ing Ilham Akbar Habibie menjelaskan terkait peran teknologi dalam mengembangkan industri. Beliau memaparkan setidaknya ada 3 cara bagaimana mengembangkan industri yang merupakan sebuah instansi melainkan bukan institusi dari pemerintahan.
“Pada umumnya terdapat 3 hal yang perlu kita ketahui yaitu, teknologi, inovasi dan kewirausahaan. Perlunya pengembangan strategi pasar dibantu dengan teknologi agar meningkatkan daya saing. Dari teknologi tersebut timbullah inovasi-inovasi pengembangan kreatifitas serta menjadikannya sebagai ladang usaha,” ucap Ilham, yang merupakan putra ketiga Presiden Republik Indonesia ke 4, BJ. Habibie.
Negara stabil yang dapat berkembang dengan baik hingga menjadikan ekonomi harus merata, tidak akan terjadi kesenjangan sosial. Hal itu dapat dicapai jika meningkatkan produktifitas para pemuda. 70% dari seluruh Indonesia adalah pemuda yang berumur diatas 30 tahun. masyarakat yang tergolong muda seharusnya memiliki inovasi-inovasi baru.
“Kurang inovatif penelitian dan pengembangan indonesia yang tidak dimanfaatkan oleh industri, hanya dimanfaatkan oleh institusi pendidikan. Mestinya pengeluaran dari segi penelitian dan pengembangan 2% dari dari pendanaan negara. Indonesia hanya 0,09% hal ini Seharusnya para pemuda bisa meningkatkan kreatifitasnya, karena pendanaan yang paling besar dalam peneleitian dan pengembangan adalah dibidang pendidikan,” tegas Ilhamdi.
Pemerintah harus memperhatikan teknologi, inovasi dan kewirausahaan. Terdapat 3 pilar inovasi, yaitu teknologi, talenta dan tolerasnsi yang mencangkup dalam budaya. Dari teknologi handphone kita bisa berinovasi. misal dalam sepeda motor dan berinovasi menjadikan lahan usaha agar tidak hilang dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan. Alhasil usaha dapat bersaing karena terupgrade malalui teknologi dan harganya relatif lebih murah.
Ada kebutuhan baru yang belum tersentuh oleh industri halal. Contohnya dalam dunia perbankan, keuangan hanya 30% yang menggunakan rekening riba. 70% cenderung belum menggunakan rekening. Sehingga peluang masa depan ekonomi kreatif untuk mengembangkan industri adalah dengan menggunakan teknologi untuk menjadikannya lebih kuat.
Mohd H Nadir Jajang, S.Ag., M.Si menejelaskan bahwa salah satu cara pandang islam dalam meneyelesaikan permasalahan dalam bidang ekonomi adalah dengan menunaikan rukun islam yang ketiga, yaitu zakat.
“Salah satu cara yang berhasil dalam mengatasi kemiskinan dan tercatat didunia adalah zakat. Belum ada suatu negara yang dapat mewujudkan kesejahteraan yang luar biasa dalam penerapan zakat,” Jelasnya.
Jika kinerja bisa optimal dan di sinergikan akan menjadikan Indonesia yang sejahtera. Dari Penelitian BAZNAS pada tahun 2016 peluang dana zakat mencapai 217 Triliun. Tetapi saat ini baru 31 persen dari total penelitian yang baru menunaikan zakat.
“Jika sudah mencapai 100% bisa dibayangkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Tentu hal ini menjadi perhatian untuk mewujudkan usaha dengan bergandengan tangan untuk meningkatkan potensial zakat,” tegas Nasir menambah semangat para peserta diruangan Aula STEI SEBI siang itu.
Perhatian Al-Quran terhadap zakat terlihat jelas. Zakat menjadi hukum islam yang paling terabaikan dan termarjinalkan. “Zakat merupakan rukun ilam yang diulang berkali-kali, sehingga berapa pentingnya urusan tersebut. Zakat diulang sebanyak 32 kali bergandengan dengan perintah sholat ayng diulang sebanyak 28 kali. Salah satu untuk menghilangkan riba adalah dengan melaksanakan zakat. Tetapi kurangnya perhatian terhadap zakat ini,” ucap Nasir.
Dana zakat yang dikelola oleh Badan Lembaga zakat yang sudah disahkan dalam pemerintah langsung dialokasikan kepada pihak yang berhak menerimanya. Sudah ditetapkan sesuai dengan UUD nomor 23.
“Harapannya pemerintah dapat ikut andil dalam menegakkan kegiatan zakat ini, karena jika tanpa kekuasaan dan campur tangan, maka hasilnya tidak akan otimal,” ucap Nasir.
Dr. Ing Ilhamdi Akbar Habibie bersama 4 oraganisasi mendirikan IKATAN Saudagar Muslim indonesia (ISMI) sebagai langkah awal pengembangan Usaha Kecil Menngah (UKM) dengan mengupayakan penggunaan teknologi dalam meningkatkan daya saing.
“Kami fokus pada wirausahawan yang punya neraca, perencaan, binsis plan, produk yang jelas. Strateginya dalah membantu yang ekiranya dapat dibantu Sekaligus tugas pemerintah bukan tugas asosiasi bisnis. fokus pada UKM yang lebih mengenal dengan lapangan,” ucapnya mengakhiri acara.
Harapan yang besar adalah bagaimana teknologi ini dapat diinovasikan sehingga ancaman dapat dijadikan sebagai peluang dan menjadikannya sebagai pusat kekuatan bukan kelemahan. Acara seminar ditutup dengan pembagian cenderamata yang diserahkan langsung oleh Sigit Pramono, SE., Ak., MSACC,. CPA selaku ketua STEI SEBI dan dilanjutkan dengan foto bersama. [AN]