DHAMRAH bin Ishaq merupakan seorang yang sudah tua dan sering sakit-sakitan, dan matanya pun buta. Dhamrah merupakan seorang yang senantiasa ingin ikut hijrah bersama Rasulullah.
Suatu ketika keinginan Dhamrah untuk menyusul Rasulullah ke Madinah sudah tak dapat terbendung lagi. Tetapi keluarganya senantiasa menghalanginya karena mempertimbangkan kondisinya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan.
“Wahai Dhamrah, engkau sudah tua dan mudah lemah. Matamu pun buta. Bagaimana jika engkau sakit? Kami khawatir engkau tak akan sanggup meretas perjalanan berat ke Madinah,” Kata mereka.
BACA JUGA: Demi Hijrah Bersama Rasulullah, Shuhaib Relakan Semua Hartanya
“Tidak! Aku tidak termasuk orang-orang yang menerima keringanan. Aku punya harta yang cukup untuk membiayai perjalananku,” jawab Dhamrah. Baginya uang bukanlah masalah, sebab ia seorang saudagar kaya.
“Wahai budak-budakku, siapkan tandu dan perbekalan . kita berangkat sekarang.” Dengan ditandu Dhamrah pun akhirnya berangkat.
Apa yang dikhawatirkan keluarganya benar-benar terjadi. Dhamrah tak mampu melewati kerasnya perjalanan. Ia meninggal di Tan’im sebelum sampai di Madinah dan dimakamkan di sana.
Berita meninggalnya Dhamrah sampai kepada Rasulullah dan para sahabat.
“Kasian sekali Dhamrah ya Rasulullah, bagaimanakah kedudukannya di mata Allah? Apakah ia tergolong kaum Muhajirin, sedangkan hijrahnya belum sempurna?” tanya para sahabat.
BACA JUGA: Jangan Ragu untuk Hijrah Menuju Lingkungan Baik
Untuk menjawab pertanyaan para sahabat, turunlah wahyu, “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100)
Para sahabat tersenyum lega. Kesedihan mereka atas kematian Dhamrah berubah menjadi kebahagiaan. Kebahagiaan untuk Dhamrah bin Ishaq yang telah berhasil hijrah menuju kampung akhirat yang mulia. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015