JAKARTA—Pembangunan proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) mendapat tanggapan dari beberapa pihak. Salah satunya dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
KAMMI menilai proyek ini terlalu mahal dan khawatir pemerintah kesulitan mengembalikan dana yang berasal dari hutang itu.
BACA JUGA: Wapres JK Kritik Pembangunan LRT yang Mencapai Rp 500 Miliar per 1 Kilometer
“Kami heran kenapa proyek ini sangat mahal hingga mencapai 637 M perkilometrnya, padahal proyek ini bukan hanya berada di Jakarta tetapi di depok dan bogor juga yang biaya pembebasan lahannya relatif lebih murah,” kata Ketua Umum KAMMI Irfan Ahmad Fauz dalam keterangan tertulisnya kepada media, Rabu (16/1/2019).
“Kami khawatir pemerintah sulit mengembalikan dana dari hutang ke sejumlah bank tersebut dalam eaktu singkat, apalagi kalau tidak salah juga meminjam dari luar negeri,” tambah Irfan.
Menurut Irfan, pembangunan dengan biaya sangat mahal ini bisa berdampak buruk LRT sendiri. Bahkan menurutnya, LRT terancam tidak dapat beroperasi seterusnya.
“Bahkan bisa jadi LRT tidak dapat beroperasi lama karena dengan pembangunan yang mahal otomatsi nantinya tarif penumpangnya juga mahal, kalau mahal orang tidak mau naik dan uang tidak berputar, darimana LRT akan membiayai operasionalnya?” Tanya Irfan.
BACA JUGA: Proyek Kereta Cepat LRT Ditunda Hingga Lebaran 2019, Ini Alasannya
Lebih lanjut kata Irfan, banyak tokoh yang mengatakan pembangunan LRT ini mahal dan tidak tepat dalam pembangunan lokasinya.
“Seperti misalnya lintasan LRT yang bukan di kota, kenapa tetap dibangun melayang (elevated)? Kan bisa non elevated yang lebih murah. Juga seperti pembangunan di dekat tol, untuk apa LRt bersebelahan dengan jalan tol, inikan fungsinya jadi sia-sia,” tandas Irfan. []