RASULULLAH shalallahu alaihi wasallam wafat di waktu Dhuha, yaitu pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah, umur beliau pada saat itu 63 tahun. Detik-detik kepergian Rasulullah telah tiba, Aisyah menyandarkan tubuh suami tercintanya di bahunya.
Aisyah berkata, “Termasuk di antara nikmat Allah yang diberikan kepadaku, adalah bahwa Rasulullah wafat di rumahku, di antara paru-paruku dan tenggorokanku, Allah menyatukan antara ludahku dan ludahnya pada saat kematiannya.”
BACA JUGA: Tahun Kesedihan Rasulullah
Abdurrahman bin Abu Bakar datang, di tangannya ada sepotong siwak , sedangkan Rasulullah bersandar pada tubuh Aisyah. Aisyah berkata, “Maukah aku ambilkan siwak itu untukmu?”
Rasulullah menganggukan kepalanya bertanda mengiyakan, Aisyah kemudian memberikan siwak itu kepada Rasulullah, tetapi siwak tersebut sangat keras baginya, sehingga Aisyah bertanya kepada Rasulullah, “Maukah aku lunakkan untukmu?”
Rasulullah mengisyaratkan dengan kepalanya pertanda beliau mengiyakan, maka Aisyah pun melunakkannya. Kemudian Rasulullah menggosokkannya pada giginya .
Tak lama setelah bersiwak, Rasulullah mengangkat tangan atau jarinya dan menatapkan pandanagnnya ke atap, kedua bibirnya bergerak, dan Aisyah mendengarkannya, beliau berkata, “Bersama-sama dengan orang yang telah engkau anugerahi nikmat yaitu: para nabi, ash-shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Ya Allah ampuni dan kasihanilah aku, pertemukanlah aku dengan para nabi yang tinggal di Illiyyin yang paling tinggi, ya Allah pertemukanlah aku dengan para nabi yang tinggal di Illiyyin yang paling tinggi.” (HR. Bukhari).
BACA JUGA: Isu Terbunuhnya Rasulullah dari Kaum Musyrik
Beliau mengulangi kalimat yang terakhir tersebut hingga tiga kali, tangannya kemudian miring dan beliau pun akhirnya berjumpa dengan para nabi yang tinggal di Illiyyin yang paling tinggi. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. []
Sumber: Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung/ Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri/ Penerbit: Darul Haq/ November,2016