DI zaman internet ini setiap orang bisa serba tahu, tetapi yang namanya ilmu tetap harus melalui proses belajar.
Untuk mengetahui, bisa saja dengan membaca. Tetapi untuk kepakaran, harus dengan belajar.
Saat ini orang mudah terlihat, seperti pakar, padahal informasi yang ia tulis hanya hasil copas. Bukan berdasarkan penelitian yang panjang.
BACA JUGA: Waspada Berbicara tanpa Ilmu
Para ulama berkata hendaknya kita menjadi “tilmidzu ustadz la tilmidzu kitab” atau muridnya guru bukan muridnya buku.
Saat ini orang tiba-tiba menjadi pakar yang luar biasa. Mudah mengharamkan, mudah memberi fatwa, padahal informasi yang ia dapatkan hanya dari internet dan sumber yang tidak jelas.
Mohon maaf, dalam disiplin keilmuan, internet tidak bisa menjadi referensi. Tetap saja kita harus merujuk kepada sumber yang asli.
Saat ini orang dengan mudah menjadi ahli fiqh, pakar hadist, tafsir, padahal mohon maaf yang ia baca hanya buku terjemahan dan kemampuan bahasa Arab pun nihil.
Zaman ini dengan mudahnya seseorang mengaku menjadi ahli pengobatan, bahkan menyalahkan para dokter yang belajar tahunan. Padahal, mohon maaf, ia hanya mendapatkan informasi dari buku tanpa bimbingan seorang guru.
BACA JUGA: Menyendiri dengan Ilmu, Bergembira Bersama Buku
Seandainya ilmu cukup dengan membaca, maka tidak perlu ada guru dan universitas yang membangun khazanah keilmuan dan peradaban.
Para ulama berkata
تعلم فليس المرء يولد عالما
Belajarlah, karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan mengetahui. []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari