NUNGGUIN barang dipacking jadi ngobrol sama supplier.
“Kemana aja bu kok baru kelihatan, belakangan main ekspedisi aja ya?” tanya beliau.
“Haduh… Pak… Market hancur… Kacau omzet. Ini belakangan untung ada temen-temen dan pelanggan-pelanggan yang setia dan baik-baik, malah kadang mereka yang bantuin promo kemana-mana. Di sini gimana, Pak?” tanya saya.
“Waduh Bu, omzet turun drastis … Bukan cuma sepi order, kalaupun ada orderan, harga bahan baku makin nggak terjangkau. Yaahh inilah Bu nasib pengusaha, sangat dipengaruhi kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah.
“Tiga teman saya sudah mulai gulung tikar. Karena sudah lebih 3 bulan ekonomi dan daya beli masyarakat anjlok. Saya alhamdulillah masih bisa jalan walau terseok-seok,” katanya.
“Alhamdulillah, Pak… Gimana caranya bisa bertahan, Pak?” tanya saya.
“Nggak gimana-gimana, Bu … Berusaha… Berdoa, sisanya pasrah,” jawabnya. “Mau diapain, makin dipikir makin stress. Pemasukan tipis pengeluaran bukan berkurang malah bisa bertambah. Yaa risiko usaha yaa, Bu… Kalau pegawai walau diirit tapi tiap bulan masih bisa dihitung pasti pendapatannya. Kalau pengusaha yang pasti pengeluarannya. Kalau pendapatannya cuma bisa pasrah. Garmen industry koleps. Jangankan beli baju, beli beras saja orang terasa berat,” begitu kata beliau.
“Saya dan keluarga sekarang berupaya mati-matian supaya bisa bertahan. Semua pos pengeluaran ditekan. Tapi 1 pos yang sampai sekarang saya ketakutan kalau sampai itu ditekan… Jatah sedekah…. Kalau kita saja sekarang sudah setengah mati kencangkan ikat pinggang, bagaimana orang yang selama ini kita sokong? Kita sokong pun mereka masih melarat, kalau kita kurangi mau gimana hidup mereka?” lanjut beliau sambil menghela nafas.
“Saya pikir, saya bertahan bukan karena saya mampu bertahan, tapi karena ada banyak perut yang masih Allah selamatkan melalui usaha saya. Mungkin juga semua terjadi bukan karena usaha saya, tapi karena doa doa orang-orang itu yang pasti didengar Allah.
“Jadi sebenarnya bukan saya yang memberi manfaat buat mereka, tapi sayalah yang menumpang keberkahan dari doa-doa mereka,” katanya berkaca-kaca.
Tiba-tiba dada saya seperti terhimpit batu, tenggorokan rasa tercekat dan pikiran tiba-tiba melayang jauh. Astaghfirullah….. Astaghfirullah…. Astaghfirullah…..
“Ini, Bu… Selesai barangnya… Semoga laris… Biar cepat PO ke saya lagi,” kata beliau sambil tersenyum .
“Aamiin… Makasih yaa, Pak… Semoga kita bisa survive semua yaa, Pak…” jawab saya.
“Assalamualaikum…” []
DISCLAIMER: Tulisan ini secara ekslusif diberikan hak terbit kepada www.islampos.com. Semua jenis kopi tanpa izin akan diproses melalui hukum yang berlaku di Indonesia. Kami mencantumkan pengumuman ini di rubrik Kolom Ernydar Irfan dikarenakan sudah banyak kejadian plagiarisme kolom ini di berbagai media sosial.