PADA tahun 18 H, daerah Amwas, Jordania dilanda wabah Kusta, atau penyakit Hansen. Yaitu sebuah penyakit yang menyerang kulit, sistem syaraf perifer dan selaput lendir pada saluran pernafasan. Penyakit ini menyebabkan mati rasa bahkan hingga menyebabkan kematian.
Abu Ubaidah bin Jarrah ketika itu sedang melaksanakan tugas bersama pasukannya di Amwas. Wabah Kusta yang telah menyerang Amwas menyebabkan Khalifah Umar bin Khaththab mengirim surat untuk Abu Ubaidah bin Jarrah. Khalifah meminta Abu Ubaidah untuk kembali ke Madinah.
BACA JUGA: Saat Nabi Wafat, Tsauban Berdoa agar Matanya Dibutakan
Tidak sesuai yang diharapkan, Abu Ubaidah membalas surat tersebut, “Sesungguhnya, saya mengerti dengan kehendakmu, wahai Khalifah. Namun saya adalah seorang pemimpin. Saya tidak sudi berpisah dari prajurit saya.”
Khalifah Umar menangis. Surat balasan dari Abu Ubaidah membuat hatinya terenyuh. Ia berharap Abu Ubaidah menuruti panggilannya untuk pulang, tapi permintaan itu ditolak. Wabah kusta tengah melanda daerah Amwas, Jordania, tempat di mana Abu Ubaidah dan pasukannya sedang menjalankan tugas. Siapa pun yang memasuki daerah itu, sulit baginya untuk tidak terjangkiti wabah mematikan itu.
BACA JUGA: Rasulullah hanya Ingin Abu Bakar yang Memimpin Shalat
Khalifah Umar mengirimkan surat berikutnya. Ia perintahkan pasukan Abu Ubaidah bergerak ke wilayah al-Jabiyah untuk menghindari wabah kusta. Perintah itu dilaksanakan. Namun terlambat. Abu Ubaidah telah terjangkit kusta. Ketika penyakitnya semakin parah dan ia merasa ajalnya telah dekat, pimpinan pasukan ia serahkan kepada Mu’adz bin Jabal.
Abu Ubaidah bin Jarrah pulang ke rahmatullah pada usia 58 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Baisan, di negeri Syam. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015