Oleh: Himatul Solekah
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (TQS. Al-Mulk: 2).
INILAH jawaban atas keluhan kebanyakan orang yang menganggap bahwa dirinya paling banyak masalah, banyak ujian, banyak kekurangan. Sudah mendekatkan diri kepada Allah, tetapi tetap saja harus bekerja keras untuk menyelesaikan masalah, jadinya banyak yang putus asa, menjauhkan diri dari Allah, menyalahkan Allah, dan yang paling parah keluar dari agama Allah.
Pertanyaannya, apakah orang yang serba enak karena Allah menyayanginya? Atau sebaliknya, orang yang serba sulit karena Allah membencinya?
BACA JUGA: Cara Nabi Selesaikan Masalah-masalah Istrinya
Manusia di dunia pasti melakukan aktivitas, aktivitas untuk memenuhi nalurinya masing-masing, sehingga pasti terjadi interaksi satu sama lain yang memungkinkan muncul suatu permasalahan. Hanya saja, bagaimana penyikapan kita terhadap masalah tersebut.
Selayaknya si Ama, lulus SMA bapaknya menyuruh kerja, tetapi ibunya menyuruh melanjutkan kuliah saja. Keputusannya dia memilih kuliah dengan konsekuensi mencari bantuan dana. Tapi sayangnya, tes saja nggak lolos-lolos. Akhirnya dia curhat ke Allah jika diterima di perguruan tinggi akan memakai rok dan ikut organisasi keislaman di kampus. Jederr. Allah mengabulkan doanya.
Sekarang Ama bingung, kesana kemari cari bantuan dana buat biaya kuliahnya. Sampai-sampai disambi kerja maupun wirausaha. Selain itu, dia rutin ikut kajian Islam di kampus untuk memenuhi janjinya. Bagusnya, dia semakin memahami Islam yang bukan hanya sekedar ibadah ritual saja, tetapi mengatur segala aspek kehidupan manusia. Apalagi, ngajinya bukan karena memenuhi janji belaka, tetapi karena Allah telah mewajibkannya.
Dengan begitu, dia akhirnya paham apa yang harus dilakukan jika masalah menghantuinya. Karena yang namanya masalah pasti ada, tinggal bagaimana menyikapinya.
Jadi, jika masalah menimpa diri kita, maka kita harus tahu penyebabnya. Karena unsur kesengajaan ataukah kurang pemahaman? Karena qadha’ dari Allah ataukah akibat ulah tangan manusia? Apalagi adanya masalah bisa menguji seberapa kuat keimanan kita.
Semakin mendekati Allah atau menjauhi-Nya? Kalau diuji, berarti Allah masih sayang sama kita. Jika lolos ujian, maka dinaikkan derajadnya. Dan jangan lupa, bahwa Allah memberikan ujian pasti sesuai kemampuan hamba-Nya. Pertanyaannya, kita mau naik kelas ataukah tidak?
BACA JUGA: 7 Langkah Mengatasi Masalah
Disamping doa dan usaha keras Ama, akhirnya dia lulus dengan IPK cumlaude yang berawal dari prestasi tergolong biasa-biasa saja. Semakin PD yang berawal dari malunya luar biasa. Berani bicara mengajak kebaikan dari yang jarang mengucapkan kata-kata. Demikianlah secuplik cerita hijrah yang diambil dari kisah nyata dengan orang ketiga serba tahu.
Yang nggak kalah penting, gimana sih caranya agar amalan kita paling disukai Allah? Biar nggak sekedar amalan tanpa nilai atau amalan yang biasa-biasa saja. Rasulullah SAW pun bersabda, “Amalan yang dikerjakan secara tetap walaupun sedikit”. (HR. Muslim).
Nah, itulah yang dinamakan istiqomah. Karena istiqomah dalam beramal itu berat kawan, kalau ringan namanya istirahat. Hwehe.. Jika amalan sedikit tapi rutin dilakukan, Allah sangat menyukainya. Apalagi jika banyak beramal kebaikan dan rutin dilakukan.
Ya, istiqomah memang berat kawan, karena hantaman ujian datangnya dari berbagai cabang kehidupan. Menggoyahkan iman berefek pada amalan. Diri sudah kuat iman, tapi sanak saudara mengajak kepada kebatilan. Atau sebaliknya, lingkungan sudah kondusif, tapi diri masih berpegang teguh di jalan kebatilan. Bisa jadi karena pengaruh sosial media yang disetir oleh sistem yang mengagungkan kebebasan. Jadinya wajar jika keimanan seseorang kadang naik kadang turun.
Lalu, gimana sikap kita menghadapi peliknya permasalahan di dunia? Jika bersumber dari unsur kesengajaan, pertama kita tahu dari sepercik kisah hijrah Ama bahwa hidup adalah pilihan. Jika memilih untuk hidup yang istimewa, maka masalah yang datangpun juga istimewa. Berarti kita sudah siap menghadapi tantangan yang istimewa. Apalagi jika kita ingin meraih surga-Nya Allah yang diberikan kepada orang-orang yang istimewa.
Kedua, berusaha keras (ikhtiar) untuk mencapai kehidupan yang istimewa. Ketiga, sabar dan berlapang dada atas hasil yang dicapai, dibarengi dengan doa yang terus dijalankan. Keempat, senantiasa mengevaluasi atas usaha-usaha yang telah dilakukan untuk perbaikan. Namun jika masalah muncul karena tanpa unsur kesengajaan, maka sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita tabah menghadapinya.
Ataukah masalah muncul karena kurangnya pemahaman, maka perlu dibentuk pemahamannya. Disinilah akhirnya butuh yang namanya dakwah, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, saling nasehat-menasehati, saling memberitahu jika tidak tahu. Terus mencari tahu dan mendalami ilmu.
Jika masalah ada karena qadha’ Allah, maka kita pun juga harus bersabar menghadapinya. Karena Allah lebih tahu kenapa akhirnya memberikan qadha’ tersebut kepada kita, yang pasti untuk kebaikan umat manusia.
Sumber terakhir yang perlu perhatian lebih jika masalah muncul karena ulah tangan manusia, banyak pemikiran, tangan, bahkan sistem yang mengakibatkan masalah berkecamuk di negeri ini. Sudah tahu bahwa bumi yang menciptakan Allah, tapi aturan yang diterapkan masih buatan manusia. Sudah tahu Allah memberikan aturan Islam yang termaktub dalam Al-Quran, tapi aturan Islam disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Diambil mana yang memiliki kebermanfaatan sesuai kepentingan manusia. Akhirnya, menjadi wajar jika masalah beruntut terjadi di negeri yang kaya akan SDA dan SDM ini. Lalu apa yang harus kita lakukan? Solusinya hanya satu kawan, mari kita bersama-sama menerapkan aturan Allah secara menyeluruh di bumi Allah SWT. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.