JAKARTA–Ketua Dewan Pembina Pusat Hak Asasi Manusia (PAHAM), Heru Susetyo menjelaskan tentang Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU P-KS) kental budaya HAM Barat.
“Karena sudut pandang HAM (di dalam RUU P-KS) itu sudut pandang HAM barat banget. Kita beda. Karena kita kan ada nilai sosial budaya, khas orang Timur, harus diakomodir juga. Kalau Barat kan berangkatnya dari ideolog tentang cinta alam, tentang hukum alam, lalu hubungan manusia dengan tuhan,” ujar Heru, Rabu (30/1/2019).
BACA JUGA: Waspada, RUU P-KS Pro Zina!
“Sebenarnya kita kan Indonesia adalah hamba Allah, hamba tuhan. Jadi mungkin karena berbeda ideologi, berbeda cara pandangnya,” lanjutnya.
Heru menjelaskan bahwa RUU P-KS perlu dikaji kembali, karena perlu mengakomodir nilai ke-Indonesiaan, Pancasila dan juga nilai agama. Ia menjelaskan bahwa manusia bukan milik manusia, tetapi milik Tuhan.
Perlu diperhatikan, kata Heru, di dalam RUU ini jangan hanya mempertimbangkan hak Barat, namun perlu mempertimbangan sisi religi juga.
“Ada yang mengundangkan UU ini akan melegalisasi prostitusi, aborsi, atau membahas seksi yang tidak umum. Ini yang dikhawatirkan teman-teman. Ini saya kira harus dikaji kembali,” jelasnya.
Heru juga mengutip itu di draft awal RUU P-KS ini membantah. Karena terkait terkandung dari mana pemaksaan terhadap kontrol tubuh, pemaksaan dalam berbusana, pemaksaan dalam hubungan seksi antara suami terhadap istri, pertarungan khusus untuk mengatasi tertentu
Namun, setelah direvisi, menurutnya pasal-pasal di bagian sedikit melunak. Hanya saja, memang ada perbedaan dalam RUU ini yaitu masalah cara pandang dan perbedaan perspektif.
BACA JUGA: AILA Menilai Langkah Penghapusan RUU P-KS Justru Bentuk Kekerasan Seksual
Menurut Heru, mungkin hanya tujuan pembuatan rancangan RUU ini yang baik, namun pasal yang ada juga bebas, karena berangkat dari perlindungan yang sangat sakral terhadap diri sendiri, terlepas dari nilai agama dan sosial budaya.
“Tujuannya mungkin baik dilindungi, di draft awal yang dipertanyakan karena mengendalikan manusia yang ada di tangan manusia bukan di tangan tuhan. Ini yang disetujui teman-teman,” katanya.[]
SUMBER: KIBLAT