SA’AD bin Abi Waqash telah menjadi muslim di usia muda. Ketika ibunya tahu, ibunya sangat marah dan merasa terganggu. Sang ibu sedih karena Sa’ad telah melepaskan kepercayaan kepada nenek moyangnya.
Ibunya mencoba sekuat tenaga untuk membawa kembali Sa’ad pada agama nenek moyang mereka. Tapi sia-sia. Sebagai upaya terakhir untuk memeras emosional Sa’ad, sang ibu kemudian melakukan mogok makan dan menyatakan bahwa dia tidak akan makan sampai Sa’ad meninggalkan Islam.
BACA JUGA: Kenapa Harus Pakai Nama Ibu?
Sa’ad tercengang dan merasa sedih atas tindakan ini. Namun keyakinan murni telah mengakar kuat di dalam hatinya. Jadi dia tidak melepaskan kepercayaannya yang hakiki, sebaliknya dia menanggapi dengan cara terbaik untuk meyakinkan ibunya di sini.
Sa’ad berkata pada ibunya, “Ibu yang terkasih, jika engkau memiliki seratus nyawa di dalam tubuh Anda, dan masing-masing dari seratus nyawa tersebut meninggalkan tubuhmu di depan mata saya, bahkan saat itu aku tidak akan menyerah dan melepaskan iman saya kepada Islam. Terserah kepadamulah apakah engkau akan makan atau tidak, karena, aku sama sekali tidak akan meninggalkan Nabiku.”
BACA JUGA: Ujar Ibu tentang Ayah
Melihat ini, ibunya membatalkan mogok makannya. Dan ayat Al Qur’an yang terkenal tentang orang tua terungkap mengenai hal ini: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Qur’an 31:15]. []