KEHADIRAN Islam sudah mulai tercium aromanya. Beberapa di antara kaum Quraisy sudah ada yang masuk Islam sekalipun secara sembunyi-sembunyi. Saatnya engkau menyusul mereka untuk segera berislam.
Engkau diam-diam merasa penasaran dengan ajaran baru yang dibawa oleh Muhammad sang Rasul Allah. Engkau mengenal Islam dengan datang ke Darul Arqam untuk menjawab rasa penasaranmu. Rasa penasaranmu terjawab sudah, bahkan rasa penasaran itu membawamu pada keislamanmu yang kuat.
Diam-diam engkau sering datang ke Darul Arqam untuk menimba ilmu, bahkan diam-diam engkau shalat tanpa diketahui oleh orang tuamu.
BACA JUGA: Mushab Ibn Umair, Sang Duta Islam Pertama
Tapi semua tidak berlangsung lama, orang tuamu tahu mengenai keislamanmu. Dari sinilah ujianmu dimulai dengan sangat berat.
Kulitmu yang bersih kini menjadi belang, karena bekas luka-luka siksaan dari orang tuamu. Engkau dikurung di ruang yang gelap, bahkan tanpa diberi makan. Tak ada yang membelamu pada saat itu, melainkan keyakinanmu kepada Allah yang menjadikanmu bertahan untuk tidak kembali kepada agama nenek moyang yaitu menyembah berhala tanpa engkau pedulikan sakit karena siksa itu.
Orang tuamu berjuang tanpa henti menyiksamu untuk membuatmu meninggalkan Islam. Tapi semua itu, sia-sia. keimananmu lebih kuat sehingga tidak bisa digoyahkan. Ibumu akhirnya menyerah, ia mengusirmu dari rumah bahkan tanpa memberikan apapun kepadamu melainkan hanya apa yang menempel pada badanmu.
Sebelum berislam engkau merupakan pemuda yang sangat tampan, para kaum hawa mengincarmu untuk menjadi pendamping hidup. Wangi tubuhmu tercium dari jarak jauh. Baju paling mewah pada saat itu sudah pernah engkau pakai. Engkau hidup dalam kesenangan. Karena apa yang engkau mau hanya tinggal engkau minta.
Tapi setelah berislam semua tidak ada, wanita yang dulu mengincarmu kini menghilang sunyi-senyap tak mengejarmu lagi. Wangi tubuhmu sudah hilang, baju mewahmu berganti dengan baju yang penuh dengan tambalan. Sudah tidak ada lagi kekayaan yang ada hanya kemiskinan. Sudah tidak ada makan enak lagi, yang ada satu hari makan berhari-hari tidak makan.
Rasul Allah beserta para sahabatnya menangis melihatmu, mereka menangis melihat keadaanmu yang baru, mereka membayangkan ketika engkau hidup mewah tapi sekarang tidak lagi. Mereka menangis karena terharu padamu, terharu pada keimananmu. Hingga mereka memberikan gelar kepadamu yaitu al-Khair (Pemuda yang baik).
Kecerdasan akalmu membuatmu diamanahi tugas mulia oleh Rasulullah, yaitu diutusnya engkau ke Madinah dengan membawa misi dakwah, menyebarkan Islam di Madinah.
BACA JUGA: Mush’ab bin Umair, Pendekar di Perang Uhud
Ketika sampai di Madinah beberapa orang menolakmu tapi kecerdasan akalmu membuat strategi dakwah menghantarkan setengah dari penduduk Madinah berislam melalui dirimu. Sungguh ini kemuliaan, surga menantimu. Padahal ketika engkau diutus ke Madinah usiamu masih sangat muda, antara usia 20 – 25 tahun.
Ketika perang Uhud, engkau diamanahi sebagai pemimpin battalion dengan menjadi pemegang panji Islam. Dan dari sini engkau mendapatkan kemuliaan berupa syahid. Engkau syahid ketika melindungi Rasulullah dan ketika berjuang memegang panji. Tangan kananmu ditebas oleh musuh hingga putus, tak terbayang perih dan sakitnya tapi engaku bertahan, panji itu terjatuh tapi engkau tidak menyerah, panji itu engkau ambil dengan tangan kirimu, tapi musuh kembali menebas tangan kirimu hingga terputus, lalu ada musuh dari belakang yang langsung menombak perutmu. Hingga seketika itu juga engkau ambruk dan syahid.
Ketika perang usai, Rasulullah dan para sahabat yang lain mencarimu. Ketika mereka menemukanmu, mereka kembali menangis, bahkan Raulullah yang yang akan memberikan kesaksian di hadapan Allah untukmu.
Wallahu ‘alam bishawab. []