Oleh: Fitriani S.Pd
Anggota Komunitas BMI Baubau
TIDAK terasa liburan semester telah tiba, setelah hampir enam bulan lamanya disibukkan dengan padatnya jam kuliah, plus tugas-tugas yang menumpuk. Para millenials yang berstatus sebagai mahasiswa pasti sudah ancang-ancang untuk pulang kampung. Atau bahkan mungkin saat ini sudah stay di kampung halaman tercinta.
Ya, tradisi pulang kampung saat liburan telah lama menjadi rutinitas para millenials yang pergi merantau menggapai cita. Melepas rindu dengan keluarga tercinta. Apalagi jika para millenials paham bagaimana kewajiban untuk birrul walidayn (berbakti kepada orang tua). Sehingga liburan semester dijadikan moment yang pas untuk pulang berbakti kepada orang tua.
BACA JUGA: Mau Istiqomah Berhijab? Ini Tips dari Dhini Aminarti
Namun, bagi millenials yang sudah hijrah dan move on dari masa lalu memiliki cobaan tersendiri ketika pulang kampung. Sebab, di sana akan bertemu dengan orang-orang di masa lalu. Kenangan tentangnya dan lain sebagainya. Apalagi dikampung otomatis akan berpisah dengan teman, kakak pembina atau gurunya selama kajian. Sehingga diperlukan tips jitu agar senantiasa istiqomah taat pada Allah, sebagaimana yang telah diusahakan selama bersama sahabat taat di rantauan. Sebab, taat pada aturan Allah dan menjauhi segala larangan-Nya tak dibatasi oleh keadaan, waktu dan tempat. Ia berlaku dimana saja termaksud ketika pulang kampung sekalipun. Adapun yang bisa penulis paparkan adalah sebagai berikut.
Pertama, jaga interaksi dengan lawan jenis, baik di dunia nyata maupun di dunia maya (Whatsapp, Ig, fb dan lain-lain).
Entah itu teman angkatan ataupun seseorang yang pernah ada dimasa lalu. Sebab, momen pulang kampung biasanya dijadikan ajang reunian atau kumpul bareng, mengenang masa-masa saat SMA dulu. Jikalaupun ada, maka bentuklah reunian sesama teman perempuan saja. Hal ini dilakukan untuk menghindari ikhtilat atau campur baur. Karena Islam telah mengatur bahwa kehidupan laki-laki dan perempuan terpisah, selain dalam transportasi umum, muamalah/jual beli, pendidikan dan kesehatan.
Kemudian dijaganya interaksi guna untuk menutup celah hadirnya cinta yang belum halal atau kembalinya rasa yang sudah hilang. Sebab rutinnya interaksi, fitrahnya ialah mempererat hubungan kita dengan seseorang. Sehingga rentan menumbuhkan kenyamanan, rasa saling membutuhkan dan lain-lain, yang pada akhirnya berujung lahirnya benih-benih cinta yang belum saatnya ada. Maka sudah sedari dini millenials harus menghindarinya dan menutup rapat-rapat celahnya. Sebab maksiat adalah suatu keharaman yang mana jika dilakukan mendapat dosa dan jika ditinggalkan mendapat pahala.
Kedua, perbanyak baca Al-Qur’an dan melakukan amalan sunah (yang wajib sudah jelas harus dilakukan) seperti shalat-shalat sunah dan lain-lainnya.
Berupaya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah. Berdoa agar selalu diistiqomahkan dalam ketaatan dan dijauhkan dari perkara yang diharamkan.
Ketiga, sering-sering mendengar tausiah via telepon pintar atau rutin membaca buku.
Lewat media inilah ilmu Islam akan terus menyambangi kita. Mengingatkan kita akan perkara yang diwajibkan dan diharamkan. Inilah pula yang akan menjadi suplemen dikala kita dilanda kegundahan atau masalah. Jangan lupa juga untuk senantiasa konsul atau curhat dengan guru atau pembinanya di kajian ketika ada kendala atau kegalauan yang datang menyapa. Hal ini dilakukan agar tak salah mengambil langkah atau keputusan.
Keempat, jadikan pulang kampung sebagai momen terbaik untuk dakwah kepada orang tua dan keluarga.
BACA JUGA: Solusi Istiqomah Berqurban
Pahamkan kepada mereka dengan bahasa yang baik tentang kewajiban menutup aurat, kewajiban berdakwah, menutup aurat dan kewajiban menikah syar’i serta kewajiban-kewajiban lainnya. Hal ini dilakukan agar kedepannya orangtua dan keluarga bisa men-support dan menjadi pelindung kita disaat dakwah mendapat penolakan dari luar.
Kelima, mengajak adik-adik SMA untuk ikut kajian yang kita adakan.
Dengan begini dakwah senantiasa hidup dalam diri kita dimanapun kita berada. Bisa dimulai dari kajian tentang kewajiban shalat lima waktu, menutup aurat dan menjaga pergaulan. Dengan dakwah, menyampaikan kebenaran selain berpahala disisi Allah, juga akan selalu menjadi reminder atau pengingat untuk kita sendiri agar senantiasa taat kepada Allah. Sebab hakikatnya, pulang kampung bukan berarti dakwah libur.
Itulah beberapa tips agar istiqomah pulang kampung, yang bisa juga diterapkan oleh kita yang tidak pulang kampung. Sejatinya semua kembali kepada kesungguhan kita untuk selalu taat pada aturan Allah SWT. Insya Allah, jika ada keinginan pasti ada jalan. Allah SWT akan mudahkan. Begitu pula sebaliknya, jika tak ada keinginan, walau seribu jalan dan kemudahan menghampiri, tetap saja tidak akan bisa.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d : 11)
Semoga kita selalu diistiqomahkan dalam kebaikan. Dijauhkan dari keburukan. Sehingga kita semua bisa bersama dalam Surga yang dirindukan. Wallahu A’lam Bissawab. []