PALESTINA–Penjajah Israel tetap mempertahankan hubungan diplomatiknya dengan rezim Myanmar, koran Israel Haaretz, melaporkan pada Kamis (7/2/2019).
Koran tersebut menunjukkan, pemerintah Israel terus mengizinkan penjualan senjata kepada tentara Myanmar, meskipun bukti meyakinkan bahwa tentara tersebut melakukan genosida terhadap minoritas Muslim Rohingya.
Sejumlah Media dan aktivis Israel telah mengungkapkan hal ini dalam beberapa bulan terakhir terkait kunjungan para komandan militer Myanmar ke Israel.
Sementara pihak Israel menolak mengungkapkan senjata apa yang dijualnya kepada rezim Myanmar yang didakwa melakukan genosida terhadap Muslim Rohingya.
BACA JUGA: RI Berhasil Pulangkan 14 Nelayan Aceh dari Myanmar
Meskipun ada kecaman yang meluas, namun Israel tetap bersahabat dengan Myanmar dan tetap membina hubungan mesranya dengan Miyanmar. Ia tetap bungkam walau Museum Holocaust Memorial AS menyebutkan, telah menemukan bukti luar biasa tentang genosida Miyanmar di selatan dan selatan Asia.
Israel bahkan mengizinkan sejumlah perusahaan senjatanya untuk menjual senjata nereka kepada tentara Myanmar pada musim gugur 2017, setelah sekian lama kecaman dan larangan dari sebagian besar negara-negara Barat yang melarang penjualan senjata dari perusahaan-perusahaan tersebut.
Masih belum jelas, apakah perusahaan-perusahaan Israel memberikan bantuan senjata kepada militer Myanmar, termasuk teknologi pengawasan, pelatihan dan intelijennya. Dalam hal ini, mayoritas perusahaan Israel menolak untuk mengklarifikasi penjualannya kepada Myanmar.
Sejarawan Israel David Tal menyebutkan, kebijakan umum pemerintahan Israel dalam bidang kebijakan luar negeri adalah memberikan prioritas utama bagi kepentingan negaranya diatas nilai dan norma.
Sejak Agustus 2017, minoritas Muslim Rohingya yang mendiami provinsi Arakan, mengalami kejahatan luar biasa yang dilakukan tentara Myanmar dan milisi Buddha ekstremis radikalis yang telah menewaskan ribuan warga Rohingya.
BACA JUGA: Lagi, Rezim Myanmar Gelar ‘Operasi Pembersihan’ Etnis Rohingya
Menurut sumber-sumber lokal dan internasional, menyebutkan, sekitar 826.000 telah mengungsi di negara tetangganya Bangladesh.
Pemerintah Myanmar menganggap penduduk Rohingya sebagai migran gelap dari Bangladesh, sementara PBB mengklasifikasikan mereka sebagai suku asli minoritas yang paling teraniaya di dunia. []
SUMBER: PIC