Di ANTARA dalil yang menunjukkan, bahwa bersikap sombong itu tidak terlarang secara mutlak, apa yang dinyatakan oleh Alloh dalam firman-Nya:
سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
“Aku akan memalingkan orang-orang yang bersikap sombong di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku”. [ QS. Al-A’rof : 146 ].
Ayat di atas memberi isyarat kepada kita, bahwa bersikap sombong yang diancam oleh Alloh akan dipalingkan dari ayat-ayat-Nya, adalah sikap sombong yang tanpa alasan yang dibernarkan. Berarti, jika ada alasan yang dibenarkan, maka boleh. Ini dalam ilmu ushul fiqh dinamakan mafhum mukhalafah (pemahaman kebalikan dari suatu dalil). Dan mafhum mukhalafah adalah hujjah di sisi para ushuliyyun (para ulama’ ahli ushul).
BACA JUGA: Sombong kepada Orang Sombong adalah Sedekah (1)
Telah diriwayatkan dari Jabir bin ‘Atik –radhiallohu ‘anhu-, Rosulullah –shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
«مِنَ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللَّهُ، فَأَمَّا الَّتِي يُحِبُّهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ، وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ رِيبَةٍ، وَإِنَّ مِنَ الخُيَلَاءِ مَا يُبْغِضُ اللَّهُ، وَمِنْهَا مَا يُحِبُّ اللَّهُ، فَأَمَّا الْخُيَلَاءُ الَّتِي يُحِبُّ اللَّهُ فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ نَفْسَهُ عِنْدَ الْقِتَالِ، وَاخْتِيَالُهُ عِنْدَ الصَّدَقَةِ، وَأَمَّا الَّتِي يُبْغِضُ اللَّهُ فَاخْتِيَالُهُ فِي الْبَغْيِ
“Diantara rasa cemburu ada yang dicintai Allah, dan diantara rasa cemburu tersebut ada yang dibenci Allah.” Adapun rasa cemburu yang Allah ‘azza wajalla cintai adalah cemburu dalam keraguan, adapun rasa cemburu yang Allah ‘azza wajalla benci adalah kecemburuan yang tidak dalam keraguan. Dan diantara sikap sombong ada yang Allah benci dan diantara sikap sombong ada yang Allah benci, adapun sikap sombong yang Allah ‘azza wajalla cintai adalah sikap sombog seseorang kepada dirinya ketika berperang dan bersedekah, sedangkan sikap sombong yang Allah ‘azza wajalla benci adalah rasa bangga dalam kebatilan.” [ HR. Abu Dawud : 2659 dan dihasankan oleh al-allamah al-Muhaddits Al-Albani –rahimahullah-].
Dalam hadits di atas, Nabi –shollallahu ‘alaihi wa sallam- secara jelas dan gamblang membagi sikap sombong menjadi dua, ada yang Dia benci dan ada yang Dia cintai. Jadi tidaklah sikap sombong itu terlarang secara mutlak sebagaimana yang dipahami oleh sebagian pihak. Kesalahan pemahaman ini muncul, karena mereka hanya menyebutkan ayat dan hadits yang melarang dan mencela sikap sombong secara mutlak, tanpa menengok dalil yang mentaqyid-nya (membatasinya).
Para imam ahli hadits dan ahli fiqh-pun, tidak memahami bahwa sikap sombong itu terlarang secara mutlak. Namun mereka mereka membaginya menjadi dua sebagaimana ditunjukkan oleh hadits di atas. Hal ini bisa kita lihat dari judul-judul bab yang mereka susun. Diantaranya:
hadits di atas dikeluarkan oleh Al-Imam Abu Dawud –rahimahullah- dalam Bab:
بَابٌ فِي الْخُيَلَاءِ فِي الْحَرْبِ
“Bab pada masalah bersikap sombong di dalam perang.”. [ Sunan Abu Dawud : 3/50 ].
Hadits di atas dijelaskan oleh pengarang “Aunul Ma’bud” beliau –rahimahullah- berkata:
(فَاخْتِيَالُ الرَّجُلِ نَفْسَهُ عِنْدَ الْقِتَالِ) لِمَا فِي ذَلِكَ مِنْ التَّرْهِيبِ لِأَعْدَاءِ اللَّهِ وَالتَّنْشِيطِ لِأَوْلِيَائِهِ (وَاخْتِيَالِهِ عِنْدَ الصَّدَقَةِ) فَإِنَّهُ رُبَّمَا كَانَ مِنْ أَسْبَابِ الِاسْتِكْثَارِ مِنْهَا وَالرُّغُوبِ فِيهَا
“(Ucapan Nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam-) “sikap sombog seseorang kepada dirinya ketika berperang”, (hal itu dibolehkan) karena dalam hal itu terdapat tarhib (membuat takut) terhadap musuh-musuh Alloh dan memberikan semangat kepada para wali-Nya. (dan ucapan Nabi) “Dan sombong ketika sedekah”, (diperbolehkan) karena hal itu sering kali menjadi sebab untuk memperbanyak darinya dan memberi dorongan kepada yang lain dalam perkara itu.” [ Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud : 7/230 ].
Hadits di atas diletakkan juga oleh Al-Imam Sa’id bin Manshur –rahimahullah- (wafat : 227 H) dalam “Sunan-nya” pada judul Bab:
بَابُ مَا يُسْتَحَبُّ مِنَ الْخُيَلَاءِ وَمَا يُكْرَهُ مِنْهُ
“Bab sikap sombong yang dianjurkan dan yang dibenci.” [ Lihat Sunan Sa’id bin Manshur : 2/252 ].
BACA JUGA: Penyakit Sombong, Bagaimana Menyembuhkannya?
Al-Imam Abul Hasan Ali bin Abu Bakar Al-Haitsami –rahimahullah- (wafat : 807) telah meletakkan hadits di atas pada Bab:
باب الخيلاء في الحرب وعند الصدقة
“Bab Sombong di dalam peperangan dan ketika sedekah.” [ Mawaarid Adz-Dzom’an Ila Zawaid Ibnu Hibban : 5/267 ].
Al-Imam Abu Khadim Al-Hanafi –rahimahullah- (Wafat : 1156 H) berkata:
التَّكَبُّرُ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ صَدَقَةٌ؛ لِأَنَّهُ إذَا تَوَاضَعْت لَهُ تَمَادَى فِي ضَلَالِهِ وَإِذَا تَكَبَّرْت عَلَيْهِ تَنَبَّهَ.وَمِنْ هُنَا قَالَ الشَّافِعِيُّ تَكَبَّرْ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ مَرَّتَيْنِ وَقَالَ الزُّهْرِيُّ التَّجَبُّرُ عَلَى أَبْنَاءِ الدُّنْيَا أَوْثَقُ عُرَى الْإِسْلَامِ.وَعَنْ أَبِي حَنِيفَةَ – رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى – أَظْلَمُ الظَّالِمِينَ مَنْ تَوَاضَعَ لِمَنْ لَا يَلْتَفِتُ إلَيْهِ وَقِيلَ قَدْ يَكُونُ التَّكَبُّرُ لِتَنْبِيهِ الْمُتَكَبِّرِ لَا لِرِفْعَةِ النَّفْسِ فَيَكُونُ مَحْمُودًا كَالتَّكَبُّرِ عَلَى الْجُهَلَاءِ وَالْأَغْنِيَاءِ.
“Bersikap sombong kepada orang yang berlagak sombong itu sedekah. Karena kalau engkau merendah kepadanya, maka dia akan terus-menerus dalam kesesatannya. Tapi jika engkau bersikap sombong kepadanya, maka dia akan perhatian/sadar (dari kesesatannya). Dari sini, Al-Imam Asy-Syafi’i –rahimahullah- berkata : “Bersikap sombonglah kamu kepada orang sombong dua kali.” Al-Imam Az-Zuhri – rahimahullah- berkata : “Bersikap angkuh kepada para penghamba dunia termasuk dari tali Islam yang paling kuat.” Abu Hanifah –rahimahullah- berkata : “Termasuk kedzoliman yang paling dzolim, seorang yang merendahkan diri terhadap orang yang tidak memandang sebelah mata (tidak menghargai) kepadanya.” Dinyatakan, terkadang sikap sombong itu untuk mengingatkan orang yang sombong, bukan untuk mengangat diri. Maka hal ini akan menjadi suatu yang terpuji, seperti sombong kepada orang-orang bodoh dan orang-orang kaya.” [ Bariqotun Mahmudiyyah fi Syarhi Thariqoh Muhamadiyyah wa Syari’ah Nabawiyyah fi Sirah Ahmadiyyah : 2/186 ].
Disebutkan pula pada halaman yang lain:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ – أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «مَنْ تَوَاضَعَ لِأَخِيهِ الْمُسْلِمِ» فِيهِ إشَارَةٌ إلَى أَنَّهُ لَوْ لَمْ يَجْرِ عَلَى مُوجِبِ أُخُوَّتِهِ وَعَلَى مُقْتَضَى إسْلَامِهِ لَيْسَ لَهُ تَوَاضُعٌ؛ لِأَنَّ التَّكَبُّرَ عَلَى الْمُتَكَبِّرِ صَدَقَةٌ كَالتَّكَبُّرِ عَلَى الْفَاسِقِ
“Dari Abu Huroiroh –radhiallohu ‘anhu- sesungguhnya dia berkata, Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda : BARANG SIAPA YANG RENDAH HATI KEPADA SAUDARANYA MUSLIM. Di dalamnya terdapat isyarat, sesungguhnya seandainya tidak berjalan atas sesuatu yang mewajibkan ukhuwah (persaudaraan)nya dan atas kandungan keIslamannya, tidak ada baginya untuk merendahkan hati. Karena bersikap sombong kepada orang sombong adalah sedekah,seperti bersikap sombong kepada orang fasiq.” [ Bariqotun Mamudiyyah : 2/232 ].
Al-Imam Al-Iraqi –rahimahullah- (Wafat : 806) berkata:
والمعنى أن المتكبر إذا تواضعت له تمادى في تيهه وإذا تكبرت عليه يمكن أن يتنبه ….وفي بعض الآثار التكبر على المتكبر صدقة
BACA JUGA: Virus Sombong
“Dan maknanya, sesungguhnya orang yang bersikap sombong, apabila engkau merendahkan hati kepadanya, dia akan terus-menerus di dalam kesombongannya. Dan apabila kamu bersikap sombong kepadanya, memungkinkan baginya untuk mengerti…..dalam sebagian atsar di sebutkan bahwa bersikap sombong kepada orang sombong adalah sedekah.” [ Takhrij Ahadits Ihya’ Ulumuddin : 5/2032 ].
Kesimpulan : ungkapan “bersikap sombong kepada orang sombog adalah sedekah”, memang bukan hadits. Dan sering kali orang yang megucapkannya juga tidak menyatakan sebagai hadits. Akan tetapi maknanya shohih (benar). Tidak semua sikap sombong terlarang dalam Islam. Ada sikap sombong yang dibenci oleh Alloh, dan ada yang dicintai oleh Alloh. Perincian ini berlaku pada kesombongan yang bersifat lahiriah, berupa ucapan atau perbuatan. Adapun kesombongan dalam hati, maka tidak boleh secara mutlak.
Semoga Alloh Ta’ala memberikan taufiq dan hidayahnya kepada kita sekalian. []
Facebook: Abdullah Al Jirani