Oleh: Kurnia Nurul
Mahasiswa semester 6 di STEI SEBI jurusan Bisnis Syariah
DALAM hati pasti pernah merasakan kesal dan membuat ingin marah. Seperti marah karena candaan, ketika seseorang menyenggol kita tanpa sengaja, atau sesuatu yang kita lakukan tidak menghasilkan hasil yang memuaskan.
Kemarahan yang tak disengaja membuat kita lupa diri bahkan lalai dari janji Allah. Ketika sedang marah, tanpa sadar melakukan hal yang merugikan diri sendiri seperti melampiaskan kepada orang yang kita sayangi, menghabiskan waktu dengan sia – sia yang bisa melalaikan kita dengan janji Allah.
BACA JUGA: Dimarahi Kades Gara-gara Tak Izin dulu, Sopir Ambulans Telantarkan Ibu Sakit
Seorang teladan bagi umat muslim yaitu Rasulullah sendiri pun pernah merasakan marah, dirinya pernah dihina dan dizolimi namun beliau tidak marah, justru beliau marah karena hal yang berkaitan dengan agama Allah. Maka dalam Al-Quran surah Ali-Imran : 133-134 yang menjelaskan orang yang bertakwa adalah yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain.
Menahan amarah yang berarti menjauhi hal – hal yang akan menimbukan kemarahan kita, menjaga hati sebisa mungkin agar tidak melampiaskan marah, dan menempatkan rasa marah pada posisi yang tepat. Kita sebagai manusia pasti marah karena nafsu, yang berarti karena setan. Setan yang memasuki pembuluh darah dengan lembut sehingga kita seringkali tidak sadar tiba – tiba ingin marah.
Sebenarnya marah adalah fitah karena Allag menciptkan hati manusia penuh dengan rasa cinta kepada-Nya sehingga bagaimana kita merawat hati ketika marah hanya karena Allah. Jika marah dipicu oleh rasa benci atau perkataan yang menyakiti hati, membuat hati menjadi terasa sempit dan merasa sesak.
Seperti halnya kita memasak air jika api yang besar akan membuat air mendidih dengan banyak gelembung, dan jika api nya di padamkan sedikit atau di kecilkan maka gelembungnya akan berkurang. Padamkan marah kita dalam hati dengan hati yang luas maka sebesar apapun yang memicu amarah kita terasa tenang. Allah selalu memberikan derajat yang mulia untuk orang yang bersabar dan memaafkn saudaranya.
Jika dikit-dikit marah apa untungnya bagi kita? Marah bisa menggelapkan mata kita seperti kebahagiaan yang ditakdikan untuk kita, karena marah kita tidak bisa melihat kebahgiaan itu sehingga tidak bisa mendapatkan kebahagiaan yang mungkin saja ada di depan mata. Ketika datang masalah, jika marah dapat membuat rasa sesak dalam hati akan berkurang, merasa puas jika kita melampiaskan kepada orang dengan bepikiran dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik itu tergantung apa alasan kita marah dan porsi marah yang kita miliki.
Jika kita tidak bisa mengatur hati kita ketika marah, banyak orang yang bahkan menimbulkan maalah baru, menjadikan tidak terkendali sehingga banyak orang yang marah karena nafsu menimbulkan hal kriminal yang akan merugikan diri sendiri dan bahkan orang lain. Setiap ketentuan dalam hidup kita tidak hanya berputar pada diri kita yang sesuai dengan keinginan kita melainkan sesuai ketentuan Allah termasuk penyelesaiannya. Maka sebaiknya apapun masalah yang datang arahkan hati kita untuk tetap berhuznudzon kepada Allah.
Marah bisa menjadi sebuah nikmat yang luar biasa ketika kita bisa berusaha untuk menahannya. Selain mendapatkan kedudukan yang mulia di hadapan Allah, akan mendapatkan surga. Dijelaskan dalam hadist. Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw., bersabda,
“Barang siapa yang menahan marah sebenarnya mampu meluapkannya, maka pada hari kiamat kelak, ia akan dipanggil Allah dihadapan semua makhluk-Nya. Lalu ia disuruh memilih bidadari yang ia inginnkan.”
Ketika kita menahan amarah berarti kita meninggalkan segala kejahatan yang mungkin saja timbul. Jika kita sudah meninggalkan kejahatan maka akan mendapatkan semua kebaikan. Jika menahan marah berdasakan iman dan takwa akan mendapatkan ketenangan dan kenikmatan. Bukan marah yang mengakibatkan kegelisahan dan hati ang tidak karuan.
BACA JUGA: Begini Cara Meredakan Marahnya Suami
Lantas bagaimana kita melatih diri untuk menahan marah? Orang yang dapat menahan marah pasti memiliki akhlak yang baik, maka untuk memiliki akhlak yang baik kita harus membiasakan diri dengan hal – hal yang baik dan menghindari dari hal – hal yang mengakibatkan kemurkaan Allah. Seperti sabar, lemah lembut dalam berkata dan berperilaku, tidak tergesa-gesa, membersihkan hati dengan berzikir dan sebagainya.
Cara lain dengan memaafkan apapun kesalahan orang lain. Dengan memaafkan kesalahan, hati kita menjadi tenang, berdoa untuk berlindung dari godaan setan dan juga berwudhu. Posisi tubuh dapat melatih kita dalam menahan amarah seperti dalam hadist,
“Jika salah seorang di antara kalian yang marah sedang dalam keadaan berdiri, maka dudulah, dengan begitu kemrahan akan hilang. Jika belum juga hilang, maka berbainglah. Jika dengan berbaring masih belum menghilangkan mara, maka berwudhulah. Jika semua cara masih terasa sulit maka cobalah dengan senyum. Dengan senyum akan menimbulkan manfaat untuk diri sendiri dan orang di sekitar kita.
Kesimpulan dai tulisan berikut, sungguh dahsyat apabila dapat menahan marah karena perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Manusia memang tempatnya salah dan dosa maka tidak jarang akan terlepas oleh rasa marah. Namun jika kit memiliki rasa memaafkan dan menahan marahtermasuk orang yang istimewa dan limited edition.
“Orang yang kuat bukanlah orang yang hebat berkelahi, tapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Abu Hurairah ra., berkata seorang laki – laki berkata kepada Nabi saw., “Berilah aku nasihat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah!” Belaiau mengulanginya beberapa kali, “Janganlah engkau marah”. []
Referensi: Buku “Jangan Jadi Manusia Gampangan, Jadilah Manusia Limited Edition” karya Silmi Kaffah Rohayna