PADANG PANJANG–Seorang santri di asrama Ponpes Nurul Ikhlas Padang Panjang mengalami koma setelah dianiaya rekannya. Orang tua korban bernama Robi ini pun meminta polisi mengusut tuntas kasus yang menimpa anaknya tersebut. Dalam laporan medis yang diterima pihak keluarga, diperkirakan jumlah pelaku lebih dari 20 orang yang melakukan penganiayaan.
“Anak saya mengalami koma. Hampir seluruh bagian tubuhnya patah dan retak-retak. Paru-parunya juga bocor,” kata orang tua korban, Yoserizal, di RSUP M.Djamil Padang, Rabu (13/2/2019).
BACA JUGA: Dua Penyidik KPK Dianiaya, Ini Faktanya
Yoserizal bersama keluarga kini hanya bisa pasrah sambil berharap ada perkembangan terhadap anaknya. Dalam pemeriksaan medis, Robi mengalami gangguan pada bagian kepala dengan tingkat kesadaran 6 persen. Pasien diduga kuat mengalami geger otak dan mengalami Trauma Thoraks atau cedera di bagian dada.
Yoserizal bercerita, sang anak saat ini duduk di kelas IV Pesantren, atau setara dengan kelas 1 SMA.
“Dua kakaknya juga belajar di pondok itu. Kekerasan (di Pondok) itu sudah bukan rahasia. Tapi ini yang paling fatal,” kata Yoserizal.
Peristiwa penganiayaan terjadi pada Ahad (11/2/2019) malam. Namun keluarga baru diberitahu pada Senin (12/2/2019) dinihari. Karena kondisi mengkhawatirkan, korban yang semula dirawat di RSUD Padang Panjang, dilarikan ke RSUP M.Djamil Padang.
Sementara itu, polisi mengaku terus mendalami motif dibalik penganiayaan yang menyebabkan korban koma. Kapolsek X Koto, AKP.Rita Sunarya mengatakan, dalam pemeriksaan awal, penganiayaan terjadi di asrama laki-laki.
BACA JUGA: Dianggap Tak Bisa Dandan, Seorang Istri di Pekalongan Dianiaya Suami
“Di Asrama Musa, asrama laki-laki. Kamar 7. Ada 16 orang yang terlibat dalam pengeroyokan dan penganiayaan, sehingga menyebabkan korban koma,” kata Rita, terpisah.
Hari ini, jelas Rita, pihaknya akan memanggil semua saksi yang terkait dengan peristiwa itu. Penganiayaan itu, kata Kapolsek, dipicu oleh kasus kehilangan barang-barang di dalam asrama.
“Beberapa kali terjadi kehilangan barang di asrama. Yang terakhir ada Handphone santri yang hilang. Sepertinya, korban dituduh sebagai orang yang bertanggungjawab, sehingga terjadi penganiayaan itu,” katanya. []
SUMBER: DETIK