Oleh: Mhd Rois Almaududy
Di Facebook, saya sering kali berusaha menuturkan tentang masalah ini. Bahwa perbedaan adalah sesuatu yang menjadi sunnatullah bagi manusia. Di negeri kita saja, yang rerata penduduknya sekitar 240 juta jiwa pasti ada pola pikir yang berbeda sejumlah itu. Maka, dalam Islam dikatakan bahwa perbedaan itu adalah bagian dari rahmat Allah. Dan, alangkah meruginya kita kalau harus berselisih disebabkan oleh rahmat Allah.
Maka, bagaimanakah sikap yang bisa kita ambil dalam menghadapi perbedaan?
Pertama, tidak merasa benar. Sikap seperti ini adalah akar dari kesombongan. Orang yang merasa benar akan sulit mendapatkan kebenaran. Bahkan, yang terjadi adalah kekeliruan yang semakin dalam. Ya, bagaimana lagi orang demikian ini bisa berpikir dengan teliti, kalau yang ada di kepalanya hanya kalimat ‘Apa pun itu, akulah yang paling benar’?
Kedua, mencari kebenaran, bukan pembenaran. Kebenaran dan pembenaran itu dua hal yang berbeda. Tahu bedanya? Kebenaran itu adalah buah dari usaha kita mencari kejelasan makna pada suatu tindakan, persoalan, dan permasalahan. Orang yang mencari kebenaran akan melihat secara objektif dan terbuka menerima saran, kemudian mempertimbangkannya. Sedangkan pembenaran adalah alasan-alasan subjektif yang dijadikan sebagai alat mempertahankan pendapat. Orang yang gigih mencari pembenaran, tidak akan terbuka menerima saran dan kritik. Baginya dialah yang paling benar.
Ketiga, menghindari perdebatan. Dalam islam, ini disebut dengan “Jidal”. Berdebat. Di dalam buku “Seni Berbeda Pendapat” karya Dr. Abdullah bin Ibrahim At-Thariqi dijelaskan secara gamblang apa-apa saja yang harus kita lakukan dalam hal perbedaan pandangan ini. Kalau yang diperdebatkan itu memenuhi syarat, silahkan, tetapi dengan catatan tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kebenaran, bukan memenangkan kelompok semata. Ada pula, ternyata, hal-hal yang tidak boleh diperdebatkan. Apa itu? Hal-hal yang sudah jelas hukumnya dari Allah SWT dan dipercontohkan oleh Rasulullah Saw.
Maka, bijaksana adalah sifat yang harus ada pada kita dalam menyikapi perbedaan. Inilah yang paling utama. Kalau ada kebijaksanaan, kita tidak akan pernah saling serang disebabkan oleh perbedaan pandangan tadi. Ingatlah, apa pun yang terjadi, iman telah menyatukan kita. Lantas, relakah kita bercerai-berai setelah dipersatu-padukan oleh Islam?
Saudara-saudaraku sekalian, inilah pesan sederhana dariku. Semoga tercipta ukhuwah di antara kita. Ukhuwah yang dilandasi oleh iman. Ukhuwah yang menjadikan kita kuat seperti bangunan tinggi menjulang yang kokoh setiap sudut dan sisinya. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.