Oleh: Aisyah
Mahasiswi STEI SEBI
“APAKAH tidak sebaiknya urutan nama bukan seperti ini?” tanyanya pada MC di sebuah acara formal, saat sedang membacakan urutan tamu VIP. Ia jengkel karena namanya disebut pada urutan paling akhir.
Di kasus lain, seseorang mendapat kesempatan untuk berhaji. Namun sayang, ia hanya ingin mendapat gelar ‘H’ di depan namanya dan agar lebih dihormati para tetangganya.
BACA JUGA; Waspada Nasihat yang Menjerumuskan
Seringkali, dalam kondisi sadar ataupun tidaknya kita menjalani hidup ini, ternyata ada beberapa hal yang keliru, namun kita masih istiqomah menjalankannya. Kasus diatas mengingatkan kita pada salah satu penyakit hati yakni ghurur (tertipu oleh diri sendiri) dan senang menampilkan diri. Penyakit ini dapat membahayakan inangnya karena dapat merusak amal, menghapus pahala, dan mencelakakan mereka di akhirat kelak.
Rosulullah SAW pernah bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya yang aku takutkan terhadap umatku adalah syirik kepada Allah SWT, saya tidak mengatakan mereka menyembah matahari, atau bulan, atau berhala, akan tetapi amal-amal yang ditujukan kepada selain karena Allah SWT, dan syahwat yang tersembunyi.” (HR. Ibnu Majah)
Fenomena ghurur ini telah menjangkit hati-hati manusia, khususnya hati kaum muslimin. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita mengingat kembali dan mengambil pelajaran dari para pendahulu.
Seperti dalam suatu kisah, ada seorang lelaki miskin yang tinggal di gurun. Mengetahui bahwa Rosulullah SAW akan datang ke Mekkah, iapun bergegas kesana. Sudah banyak cerita yang ia dengar tentang beliau sehingga membuat ia sangat ingin menemuinya. Lalu menghadaplah ia kepada Rosulullah SAW. Dalam keadaan badannya gemetaran, maka Rosulullah SAW. Bersabda, “Tenangkanlah dirimu, karena aku bukan raja, tetapi putra seorang wanita quraisy yang memakan dendeng (daging yang telah dikeringkan).” (HR. At-Tabarani)
Dari kisah tersebut menjelaskan bahwa Rosulullah SAW tidak sedikitpun merasa gengsi duduk bersama orang-orang miskin dan lemah. Bahkan beliau merendahkan dirinya dihadapan mereka.
Imam Al-Ghazali membagi ghurur kedalam 4 golongan:
• Golongan ulama
Salah satu sebab yang termasuk dalam golongan ini adalah seorang alim ulama yang terlalu mengagungkan ilmu. Sehingga ia hanya mengajarkan ilmu-ilmunya tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain. Rasa bangga telah berilmu, membuat mereka tidak tahu bahwa ternyata mereka telah terkena penyakit ini.
• Golongan para Abid (orang yang suka beribadah)
Kegiatan ibadah juga sanggup membawa seseorang tertipu oleh dirinya sendiri. Yang seharusnya dengan ibadah membuat kita lebih dekat dengan Sang Pencipta, justru malah menjadikan ia jauh.
Seperti seseorang yang selalu sholat sunnah, puasa sunnah, namun ia tidak mendahulukan yang wajib.
BACA JUGA: Ini 12 Bahaya Sifat Ujub (Merasa Bangga Diri)
• Golongan orang yang mengaku sufi
Seseorang yang mengaku sufi, menggunakan pakaian-pakaian tertentu, bergaya dengan gaya ulama-ulama sufi, berdzikir dengan menari dan bernyanyi sebagai pemenuh hawa nafsu, menganggap mendapat wangsit (pesan gaib) dan kasyf (melihat hal yang ghaib secara tegas), hingga menganggap dirinya telah hingga pada Allah.
• Golongan orang yang memiliki harta dan yang tertipu dengan dunia
Golongan ini menganggap bahwa harta dan uangnya bisa menyelamatkan dan memuliakannya di dunia. Saat ia semangat menjadi pe-wakaf masjid, menyantuni anak yatim, bahkan rela memberikan separuh hartanya untuk tetapi ia hanya ingin mendapat pengakuan sebagai orang dermawan.
Satu hal yang perlu kita renungkan, bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini jika tidak melibatkan Allah SWT maka akhirnya Nothing atau sia-sia. Dan pengakuan terbaik adalah pengakuan yang datang dari Allah SWT.
‘Aisyah pernah ditanya, “kapan seorang dianggap berbuat jahat?”, ia menjawab, “bila menyangka telah berbuat baik”. Semoga kita terhindar dari penyakit hati tersebut. Wallahua’lam bishowab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.