SEPERTI biasanya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan maksud dan tujuan ketika perang, kecuali pada perang Tabuk. Dalam perang ini, Rasulullah menjelaskan kepada para sahabat bahwasanya jarak tempuh perjalanan ini membutuhkan waktu lama. Ditambah dengan pasukan musuh yang beliau ketahui dengan jumlah sangat besar.
Rasulullah menjelaskan maksudnya supaya para sahabat dan kaum muslimin mempersiapkan diri sebaik-baiknya, beliau memeberitahukan bahwa beliau akan berangkat melawan pasukan Romawi.
BACA JUGA: Aku Sebenarnya Sangat Ingin Berjihad Bersamamu Wahai Rasul
Saat itu, Madinah dalam kondisi hiruk pikuk dan ramai. Orang-orang munafik meminta izin dengan berbagai alasan agar tidak ikut berjihad fisabillah. Sebagian orang-orang munafik itu berkumpul di rumah seorang Yahudi Suwaylim.
Rasulullah mengajak para sahabat yang kaya untuk berinfak di jalan Allah, agar dapat menanggung para mujahidin yang fakir. Utsman bin Affan menjadi salah satu yang mengeluarkan infak sangat besar hingga tak satupun dapat menyamainya. Hingga Rasulullah pun berkata, “Ya Allah, ridhailah Utsman. Sesungguhnya aku telah ridha kepadanya.”
Rasulullah menaiki kendaraannya dan meminta agar para sahabat segera menaiki kendaraannya masing-masing. Tiba-tiba datanglah tujuh orang Anshar yang berasal dari kalangan fakir miskin. Mereka meminta agar diikutsertakan dalam jihad.
Rasulullah berkata, “Aku tidak memiliki kendaraan untuk membawa kalian.”
Mendengar itu, mereka kembali dengan sedih dan menangis karena tidak memliki sesuatu yang dapat mereka sedekahkan.
BACA JUGA: Meski Terluka, Dua Sahabat Ini Tetap Pergi Berjihad
Yamin ibn Ka’ab an-Nadhari bertemu dengan Abu Layla Abdurrahman ibn Ka’ab dan Abdullah ibn Mughaffal. Mereka berdua sedang menangis, lalu Yamin ibn Ka’ab bertanya, “Apa yang membuat kalian berdua bersedih?”
Mereka menjawab, “Kami datang kepada Rasulullah dengan tujuan agar Rasulullah bisa mengikutsertakan kami dalam jihad. Namun beliau tidak memiliki sesuatu yang dapat membawa kami. Kami juga tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan bekal.
Kemudian ia memberikan seekor unta kepada keduanya, dan juga kurma sebagai bekal bagi mereka. Akhirnya keduanya berangkat bersama Rasulullah. []
Sumber: Walid al-A’zhami, Nabi Muhammad di Hati Sahabat., hal 254, 255.