JAKARTA—Arif Haryono, General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa, mengatakan antusias siswa kembali sekolah pascabencana tidak diimbangi kesiapan fasilitas dan pengajar.
Pernyataan Arif tersebut disampaikannya saat ia didapuk menjadi salah satu narasumber pada acara Ngobrol Pendidikan Indonesia (NGOPI), Jumat malam (22/2) kemarin. Acara tersebut terlaksana di Upnormal Coffee Roaster, Jl. Raden Saleh, Cikini Jakarta Pusat, dan dihadiri oleh 75 peserta dari berbagai latar belakang.
BACA JUGA: Potret Buram Pendidikan Indonesia
Pernyataan Arif di atas merupakan kesimpulan dari aktivitas tanggap darurat dan recovery yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa di banyak lokasi bencana.
“Saya ingin bicara kasus bencana di Lombok, lalu dilanjutkan Palu, hingga Lampung. Kami menurunkan 17 relawan guru yang kami tempatkan di 11 sekolah selama 6 bulan. Kemudian kami mendapati data yang cukup menarik. Selama 5 bulan pasca bencana, tingkat kehadiran guru dalam sepekan hanya 24%, sedangkan 76% lainnya absen,” papar Arif.
Selanjutnya Arif menjelaskan dengan menyebutkan contoh kasus di Lombok, guru tidak hadir dengan berbagai alasan seperti memperbaiki tempat tinggal, mengurus keluarga, izin sakit dan masih merasa takut untuk mengajar di sekolahnya.
“Guru-Guru masih tidak stabil. Mereka masih merasa tidak berenergi, bahkan setelah 6 bulan pascabencana,” sambung alumni UNPAD itu.
Kondisi tersebut berkebalikan dengan siswa. Meski mengalami trauma bencana, namun semangat mereka untuk kembali ke sekolah lebih cepat pulih.
“Tiga hari pascabencana anak-anak sudah mau kembali belajar, tetapi kecepatan mereka tidak ditopang dengan kesigapan kita dalam menyediakan tempat dan guru pengajar,” ungkap Arif.
Hal ini menjadi sebuah kondisi yang ironis, padahal aktivitas sekolah dapat membantu anak-anak untuk sembuh dari trauma mereka.
BACA JUGA: Pentingnya Pendidikan Islam bagi Anak Sejak Dini
Selain Arif, pada acara berformat talkshow dan diskusi ini juga hadir Peneliti Geofisika Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Nugroho Dwi Hananto, sebagai perwakilan dari unsur pemerintah. Sedangkan dari unsur masyarakat, di samping Dompet Dhuafa juga hadir Koordinator Advokasi dan Akuntabilitas serta Pengembangan Kapasitas, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Iskandar Leman.
Ketiga pembicara tersebut menyampaikan pengantar diskusi sesuai kepakaran mereka masing-masing dalam konteks bencana. Paparan tersebut diharapkan dapat menghantar diskusi mengarah pada tujuannya, yaitu merancang model pendidikan di wilayah bencana, mulai dari respon tanggap darurat, recovery dan mitigasi bencana sejak dini. Diskusi ini juga bertujuan untuk mengadvokasi konsep pendidikan di wilayah bencana agar dapat masuk dalam kurikulum pendidikan nasional. (NR)