UMMU Salamah menuturkan, “Kala Mekah terasa sempit bagi kami, ketika para sahabat disiksa dan diganggu, sementara Rasulullah tidak mampu melindungi mereka dari siksaan. Sedangkan beliau dilindungi oleh paman beliau, sehingga tidak mendapat siksaan seperti yang dialami para sahabat, beliau pun berkata kepada mereka, ‘Di tanah Habasyah ada seorang raja yang tak seorang pun dapat dizalimi di wilayahnya. Maka pergilah ke negerinya hingga Allah memberi kalian jalan keluar.’
BACA JUGA:Â Perintah Hijrah Meninggalkan Mekah
Setelah mendengar kabar itu, sebagian para sahabat akhirnya segera pergi ke sana secara bergelombang. Mereka pun di sana mendapatkan perlindungan terbaik, juga di beri tempat tinggal terbaik. Raja Habasyah memberi jaminan aman untuk menjalankan agama kepada semua kaum muslimin yang berhijrah ke negerinya itu.
Hijrah ini meninggalkan bekas yang mendalam dengan dialog yang dipenuhi kejujuran, di antaranya adalah dialog Antara Ja’far bin Abu Thalib (atas nama kaum muslimin) dengan raja Najasy bersama para pendeta dan rahibnya.
Mereka meneteskan air mata karena kebenaran berita yang mereka dengar. Terkait mereka, Allah menurunkan ayat-ayat yang terus dibaca hingga Allah mewarisi bumi ini kepada generasi setelahnya.
BACA JUGA:Â Pembebasan kota Mekah di Bulan Ramadhan
Raja Najasy meyakinkan akan memberikan perlindungan dan juga keamanan kepada kaum muslimin bahwa mereka dapat menjalankan agama islam ini dengan bebas, tanpa akan ada tekanan-tekanan dari pemerintah maupun warga Habasyah. []
Sumber: Ummul Qura, Shahabiyat Haula Ar-rasul, Biografi 35 Shahabiyah Nabi. Syaikh Mahmud Al-Mishri., hal 233, 234.